BAGIAN 6

66 12 1
                                    

Aya menghentikan langkahnya ketika ia hendak mendekati Mattheo dan Alin yang tengah disibukkan oleh buku bacaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aya menghentikan langkahnya ketika ia hendak mendekati Mattheo dan Alin yang tengah disibukkan oleh buku bacaannya. Ia menghela napas perlahan kemudian berbalik arah. Mengurungkan niat yang sebenarnya sudah sejak tadi ia rencanakan. 

"Gue harus minta bantuan ke siapa," ucap Aya bimbang. 

Aya mengedarkan pandangan hingga berhenti pada Maartje yang sedang sibuk memilih buku di atas rak. Ia melangkahkan kaki hendak menghampiri cewek itu namun lagi dan lagi ia mengurungkan niatnya. 

Sulit bagi gadis itu untuk mempercayai teman sekelasnya. Hanya tiga orang itu yang menurutnya bisa ia percaya, disisi lain ia telah mengenal Alin sejak kelas 10. Lalu Maartje merupakan ketua kelas, hal yang menyangkut tentang anggota kelasnya maka seorang ketua kelas akan membantu. Yang terakhir Mattheo, entah kenapa ia sangat yakin Mattheo adalah orang yang dapat dipercaya. 

Aya berjalan menjauh dari murid-murid yang sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing. "Gue gak begitu tau seluk beluk mereka jadi lebih baik gue cari tau sendiri," ucapnya sembari menyandarkan punggung pada dinding. 

"Cari tau apa?" Suara berat cowok itu mengejutkan Aya. Dengan terburu-buru ia memperbaiki posisinya. 

"Demian! Lo ada butuh apa sama gue?" tanya Aya. 

Cowok yang datang menghampirinya adalah Demian, yang baru saja ia temui saat memasuki kelas 12 A. Sebelumnya ia merasa jarang atau bahkan tidak pernah melihat wajah cowok itu di sekolah ini, atau mungkin banyaknya murid membuatnya tidak mampu mengingat satu persatu wajah murid di sekolah ini. 

"Akhir-akhir ini gue perhatikan kayak ada yang aneh sama gerak gerik lo." Demian menatap Aya seolah tengah meneliti ada sesuatu yang gadis itu sembunyikan. 

"Apa yang aneh dari gue?" tanya Aya dengan tatapan serius. 

Demian tertawa. "Serius banget jadi orang," seru Demian sembari menepuk pelan pundak Aya. "Kalau butuh bantuan, gue siap bantu lo! Gue tau ini pasti menyangkut kematian Gerry kan?"

Aya membelalakkan mata, bagaimana bisa Demian mengetahui isi pikirannya selama ini. 

"Gue bisa bantu kapanpun lo mau," tawar Demian. 

Aya terdiam seribu bahasa, bibirnya kelu tidak tahu harus menjawab apa. Manik mata gadis itu tidak lagi menyorot wajah cowok di hadapannya. 
"Kalau mikirnya udah selesai temuin gue, cerita semuanya. Gue bakal bantu semampu gue," tutur Demian sebelum beralih meninggalkan gadis itu. 

Gue harus gimana? Membiarkan kasus kematian Gerry selesai sampai disini atau minta bantuan sama Demian, batin Aya.

🍂🍂🍂

Ruang kamar bernuansa putih bersih tampak hening meski berpenghuni. Terlihat gadis pemilik kamar ini sedang duduk di meja belajar sembari memijat keningnya untuk meredakan pusing yang sejak tadi mengganggu. Perlahan ia membuka mata ketika teringat sesuatu. 

How Are You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang