Chapter 10: Coercion

993 108 31
                                    

♛ 𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐈𝐍𝐆 ♛

SETELAH kematian Ayumu dan pemindahan Satoru untuk bergabung dengan tim investigasi, pos penjagaan dijaga oleh dua petugas polisi muda, mungkin berusia sekitar dua puluh tahun. Sebelum kasus pembunuhan berantai terjadi, pos penjagaan adalah tempat yang sibuk bagi pengunjung Rōkoku no Sato untuk melapor. Meskipun Rōkoku no Sato saat ini tertutup untuk pengunjung dari luar pulau, namun pos penjagaan tetap beroperasi, menganalisis berbagai masalah keamanan dan ketertiban di Rōkoku no Sato, dan berupaya menyelesaikannya sebelum masalah tersebut berkembang.

"Ada yang bisa kami bantu, Uchiha-san Hyuuga-san?" Salah satu petugas polisi itu menyambutnya dengan ramah, sedangkan rekannya hanya tersenyum sekilas sambil menundukkan kepala menyapa.

Hinata balas tersenyum ramah, lalu berkata, "Kami sedang mencari tahu sesuatu dan ingin meminta bantuan kalian berdua." Hinata melihat mereka berdua mengangguk. "Desa ini banyak dikunjungi orang karena dikenal sebagai daerah yang banyak memproduksi berbagai macam obat. Kami ingin bertanya apakah para pengunjung itu masih ada di sini atau sudah kembali ke desa-nya masing-masing sejak kasus pembunuhan terjadi?"

"Mereka telah kembali. Itu sebabnya tidak ada juru mudi kapal di dermaga saat ini." Nada bicara polisi itu berubah menjadi kesal ketika dia berkata, "Bahkan para pengunjung gelap pun berhasil kami pulangkan dengan selamat."

Hinata dapat menyimpulkan bahwa para penculik Kina telah lolos dari pengawasan polisi, artinya mereka memasuki desa secara ilegal, tidak tercatat di buku pengunjung. 

"Kami ingin melihat daftar pengunjung sebelum penyerangan Rōen!" Ucapan Sasuke terdengar seperti perintah. Sasuke tetap ingin memastikan sesuatu, meski sudah tahu bahwa para penjahat itu memasuki desa dengan cara menyusup. Ia tidak seperti rekannya yang harus berbasa-basi terlebih dahulu untuk menyampaikan tujuannya mendatangi pos penjagaan. 

Lewat lirikan matanya, Sasuke menyuruh Hinata untuk menerima buku berukuran besar nan tebal itu. Polisi itu menawarkan pada dua shinobi Konoha untuk duduk di kursi kayu di belakang pos. Namun, Sasuke mengacuhkannya dan Hinata tersenyum merasa tidak enak hati. 

Sasuke berjalan lebih mendekat hingga berdiri di samping Hinata, menundukkan kepalanya agar dapat melihat setiap halaman dari buku tersebut. Catatan-catatan di dalamnya tersusun rapi dan terstruktur. Ada tanggal, nama, tujuan, dan berapa lama mereka akan menetap di Rōkoku no Sato. Rata-rata tujuan mereka adalah membeli obat. 

Sasuke tidak menemukan nama yang ia curigai. Karena selain menyusup, mereka dapat memasuki desa dengan mengubah identitas. Rōkoku no Sato, belum seperti Konoha yang dapat mendeteksi chakra asing yang memasuki desa tanpa izin. Oleh karena itu, keamanan di Rōkoku no Sato masih lemah.

Sasuke terkejut ketika gadis Hyuuga itu tiba-tiba menoleh ke samping, jarak wajahnya dengan wajah Hinata sangat dekat, mungkin hanya beberapa sentimeter saja. Mereka bertatapan, mengagumi iris mata satu sama lain. Namun, mata onyx Sasuke bergerak dengan liar mengamati setiap inchi wajah gadis Hyuuga yang dipahat sempurna dan akhirnya terfokus pada bibir ranum yang sedikit terbuka sementara pemiliknya masih tertegun dan kaku. Aku ingin memakannya. Tanpa sadar Sasuke mendekatkan wajahnya. 

Mata Hinata melebar. Ia panik dan segera berbalik. "Maaf, Sasuke-kun!" Wajahnya mulai memerah. Kepalanya terasa pusing. Apakah tadi Sasuke-kun akan menciumku? Jantung Hinata mulai berdetak tidak teratur. Hinata bergerak kaku untuk memberi jarak. "Ano, Sasuke-kun sudah selesai?"

"Hn." 

Hinata mengembalikan buku tebal itu dan mengucap terima kasih.

Kebingungan yang dirasakan Hinata teralihkan oleh teriakan Satoru yang tiba-tiba datang sambil terengah-engah. Hinata merasakan de javu. Saat itu, Satoru juga datang dengan kondisi yang sama untuk memberi kabar penemuan mayat korban kelima. Dan sekarang ada apa? Firasatnya mengatakan telah terjadi hal yang tidak diinginkan.

IKIGAI [on-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang