BAB 11 DORONGAN

18 0 0
                                    

"Ray, istirahat dulu nanti main lagi." Panggil Dion di pinggir lapangan.

Ya, saat ini Rayyan, Dion dan teman-temannya sedang berada di lapangan bermain footsal. Mereka menggunakan lapangan yang ada di daerah rumah Rayyan, kebetulan lapangannya strategis dengan letak rumah mereka.

"Hm." Jawab Rayan menganggukan kepalanya.

"Gila, capek juga, ya, udah lama Gue nggak main." Ucap Iqbal mendudukkan diri di rerumputan pinggir lapangan.

"Ya, lumayan, tapi ini udah biasa sih buat Gue, nggak kayak Lo, remaja jompo." Balas Riski yang duduk di sebelah kanan Rayyan dan di seberang Iqbal.

"Enak aja bilang Gue remaja jompo, Gue gini-gini larinya cepet tahu daripada Lo, Gue juara lomba lari kalau Lo mau tahu." Timpal Iqbal tak terima, selain itu memang Iqbal atlet lari juga, Ia pernah menjuarai lomba lari tigkat kabupaten lho.

"Emang iya, masak? Gue nggak percaya."

"Serah Lo mau percaya apa nggak."

"Udahlah kalian ini malah pada adu bacot, Rayyan yang jago footsall aja diem bae." Ucap Dion menengahi.

"Tahu nih." Balas Dino dengan lirikan mata mengimidasi yang duduk di sebelah kiri Rayyan dan di seberang Dion.

"Eh, Yan, Gue lihat Lo lumayan dekat sama Cilla ya?" Tanya Dino tanpa ba bi bu. Rayyan yang mendengar pertanyaan itu pun tersentak kaget dan berakhir tersedak air minum yang sedang ia minum. Sedangkan yang lain pun ikut kaget.

"Eh, Yan, Lo nggak papa? Makanya pelan-pelan kalo minum." Ucap Dion.

"Santai Bro, santai." Ucap Dino menepuk nepuk punggung Rayyan.

"Maksud Lo apa ngomong gitu?" Tanya Rayyan pada Dino dengan tatapan mata tajam.

"Gue cuma nanya aja, sesuai apa yang Gue lihat." Jawab Dino menggedikkan bahu.

"Gue lihat interaksi Lo sama Cilla tadi di sekolah keknya Lo lagi PDKT an ya?" Sambungnya.

"Eh, beneran Yan, Lo deket sama cewek? Wah, wah, wah, nggak nyangka Gue seorang Rayyan deketin cewek." Sahut Iqbal.

"Yo'i, Gue ampek kaget lho." Ucap Riski.

"Apasih kalian, nggak lah, Dino salah paham aja." Jawab Rayyan santai.

"Masak sih?" Timpal Dion dengan tatapan dak bisa di deskripsikan, sangat mencurigakan. Begitu juga dengan tatapan balik Rayyan ke Dion.

Rayyan memang dikenal sahabatnya sebagai cowok yang nggak pernah deketin cewek. Jadi wajar sahabatnya terkejut dengan hal yang disampaikan Dino.

"Udah-udah, apasih kalian, mendingan kita lanjut mainnya." Ucap Rayyan beranjak dari tempat duduknya.

"Roman-roman jatuh cinta nih." Ucap Iqbal mengejek.

***

Langit berwarna gelap, matahari telah kembali, dan bulan telah datang dengan bintang-bintang yang menemani. Kini Cilla sedang duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya.

"Cilla, gimana sekolah kamu?" Tanya Pak Ahsan.

"Baik, Yah."

"Yang rajin belajarnya."

"Hm." Jawab Cilla menyuapkan nasi di mulutnya.

"Iya, buktikan ke orang, kalau kamu mampu." Timpal Bu Dina.

"Iya, Bun."

Suasana meja makan kembali hening, Hanya dentingan sendok dengan piring yang terdengar. Mereka makan tanpa ada pembicaraan.

"Sini bun Cilla bantu." Ucap Cilla membawa piring bekas makannya ke washtaffle.

"Nggak usah, mendingan Kamu belajar sana." Ucap Bu Dina mengambil piring dari tangan Cilla.

"Hm." Jawab Cilla beranjak ke kamarnya.

Saat ini jam menunjukkan pukul setengah delapan, dan Cilla sudah berkutat dengan tumpukan buku di depannya. Sesuai perintah Bundanya tadi, Cilla sedang belajar. Karena besok kata Bu Siti di suruh mengerjakan beberapa soal maka Cilla membahas bab yang tadi siang Bu Siti berikan. Ini memang bukan ulangan, tapi Cilla ingin bisa mengerjakan soalnya besok. Dorongan belajar ini Ia dapat dari motivasi pengalaman masa lalunya, yang Ia ingat dari ucapan ayahnya.

Waktu terus berlalu, detik demi detik terus berjalan, hingga jam menunjukkan pukul setengah sepuluh. Kini Cilla beranjak dari meja belajarnya, Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamar, memejamkan mata, merasakan anila menyentuh tubuhnya. Menikmati suasana malam yang sepi, menenagkan. Dan tak lama Ia pun telah mengarungi mimpi.

***

Kini seorang bernama Bintang Arya Wibawa sedang duduk termenung di kursi belajarnya, setelah menyelesaikan tugas dan belajar, perasaannya tiba-tiba terpaku pada seseorang, gadis yang Ia temui pertama kali karena insiden ketidaksengajaan waktu itu, siapa lagi kalau bukan Pricilla Arumita Anggraini, gadis yang menurutnya cukup lucu dengan rambut sebahu tubuh tak terlali tinggi darinya.

"Gue jadi kangen deh sama Dia, udah beberapa hari ini Gue nggak lihat Dia, apa Gue temui aja ya besok?" Monolognya.

"Ah, mending Gue cari Dia besok di sekolah, dari pada Gue kepikiran mulu."

Ia pun berjalan merebahkan tubuhnya di kasur dengan seprai kotak-kotak warnai hitam dengan senyum yang mengembang.


JANGAN LUPA VOTEE

COMENTT.....

TERIMAKASIH....

LUV LUV

Cinta dalam MimpiWhere stories live. Discover now