12- Dua Puluh Dua Tahun (END)

4 0 0
                                    

Di umur sekarang Tedi mulai berpikir tentang masa lalunya. Tentang dia yang menolak saat sang ibu menawarkan ingin membelikannya helm setelah Tedi menceritakan apa yang temannya katakan soal helm buluknya sambil bilang kalau Tedi bisa beli dengan uangnya sendiri.

Jadi di sini dia sekarang. Duduk di alun-alun sendiri dengan helm baru di tangan. Harganya tergolong murah, hanya 200-an ribu, bukan dari merk yang mahal, karena bahkan di detik ini pun Tedi masih memikirkan tentang pengeluarannya.

Tedi juga ingat di kelas dua SMK di mana dia mengutarakan keinginannya untuk membeli laptop dengan harga yang tidak murah demi bisa mengerjakan tugas dengan nyaman. Rasa bersalahnya masih tersisa sampai sekarang, rasa tidak rela membuang uang hanya untuk seonggok mesin.

Melamun lebih lama, Tedi malah teringat masa SMKnya. Masa di mana teman sekelasnya memamerkan barang yang mereka punya dan tidak Tedi punya. Waktu itu Tedi tidak iri, dia merasa bodo amat karena berpikir kalau itu bukan hal yang penting, tapi Tedi menyadari sekarang kalau itu bukan tentang hal yang penting atau tidak penting, tapi tentang kebahagiaan masa muda.

Dia mulai merasa sedikit iri saat mengingat teman yang ekonominya lebih susah darinya bisa nekat membeli lensa kontak bewarna yang harganya hampir 200an ribu, iri saat temannya memakai sepatu yang pas di kaki mereka padahal saat itu Tedi memakai sepatu ukuran 40 padahal ukuran aslinya 36 cuman karena sepatu dengan model ukuran 40 harganya lebih murah, iri karena setiap main teman-temannya selalu memakai pakaian bagus sedangkan baju yang Tedi pakai selalu terlihat kumal.

Tedi banyak berpikir, dia mulai menyesali pilihannya yang memendam semua rasa cemburu karena dia tidak mendapat apa yang orang lain dapat.

Andai saja waktu bisa diputar kembali... Tedi ingin membisikkan kalimat ini untuk Tedi kecil, "Lakukan apa yang kamu mau."

TENTANG AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang