Bab 20 - Be Selfish

6 3 0
                                    

+┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ

Seorang perempuan muda ditemukan tewas bunuh diri di kamarnya setelah mengalami depresi selama berbulan-bulan sejak kematian calon suaminya.

Ketika kelak mentari yang semula malu-malu di ufuk barat telah membumbung tinggi di atas langit dan perlahan mulai tenggelam di ufuk timur, masa kanak-kanak yang kita alami hanya akan tampak sebagai mimpi indah kala malam dalam benak sosok dewasa yang telah banyak beranjak tumbuh, masuk semakin jauh ke dalam alam bawah sadar, rasanya seperti tak nyata, imajinasi yang menyebalkan, namun foto-foto dan ingatan orang-orang di sekitar cukup meyakinkan bahwa itu adalah kenyataan.

Masa yang tak akan pernah kembali pada kita bagaimana pun seseorang berusaha.

"Nanti setelah latihan pulang ke rumah lagi, 'kan?" Itu adalah pertanyaan Wang Zihao yang kesekian kalinya yang dia ajukan padamu, beberapa pertanyaan bahkan hanya copas dari pertanyaan sebelumnya dengan arti serupa. "Bagaimana kalau tak boleh pulang dan harus menginap?" Tiba-tiba nada bicaranya berubah panik.

"Kalau begitu, ya, aku tinggal menginap saja, apa susahnya?" Kamu menatap Zihao sinis, remaja itu duduk bersandar dengan tangan bersedekap di atas ranjang birunya.

"Di sana pasti banyak nyamuk." Zihao menegakkan badannya, berpikir alasan yang logis agar tetangganya itu tak jadi berangkat ke agensi idol sialan itu.

"Kan ada obat serangga."

"Bagaimana kalau tidak ada yang menjualnya? Atau kehabisan stok sehingga kulitmu nanti bentol-bentol, Y/n?" Zihao memasang mimik muka serius. "Ayolah, kalau cuma bernyanyi dan menari kan kau bisa melakukannya di rumah?"

"Aku akan membawa obat serangganya dari rumah." Kamu mulai kesal. "Dan berhentilah mencegahku pergi! Kalau aku berhasil trainee dan debut, aku akan menjadi bintang besar, seorang superstar, kau harusnya bangga dan mendukungku, Wang Zihao!"

"Kau tega meninggalkan ayahmu sendirian di rumah?"

"Diamlah! Ayah mendukung penuh semua keputusanku!"

"Shit!” Zihao turun dari ranjang, melewatimu yang tengah mengemas pakaian dan keluar dari kamarmu itu tanpa pamitan.

Dari kejauhan, sepasang telinga caplangmu bergerak-gerak kecil, kemudian tiba-tiba memerah kala tak sengaja mendengar bahwa di sepanjang jalan menuju rumahnya sendiri, laki-laki itu terus mengumpat dengan bahasa Inggris.

"Yeah, juara umum debat bahasa Inggris cara mengumpatnya memang beda."

Y/n atau yang sudah berganti nama menjadi Y/n sejak memutuskan untuk menjadi wanita seutuhnya sejak remaja itu, Minggu lalu memenangkan sebuah ajang fashion show dan langsung ditawari untuk trainee disebuah agensi besar, BUMM Entertainment.

Kamu tentu senang, keluargamu  juga bahagia, bahkan alam pun ikut bersukacita dengan kabar itu hingga paginya semua tanamanmu yang hampir mati tiba-tiba saja tumbuh bermekaran penuh bunga-bunga.

Kala kamu menunjukkan apa yang terjadi pada kebun kecilnya, kamu mendapati Zihao tengah mengobrol dengan ayahmu. Awan yang semula cerah mendadak berembus kan angin kencang, awan mendung mengambil alih senyummu yang semula berpendar indah. Bulu kudukmu merinding.

Entah sejak kapan sampai akhirnya kamu mulai menyadari bahwa laki-laki itu sebenarnya iri padamu, meski sama-sama memiliki orang tua yang telah bercerai, tetapi tak sekali pun kamu merasakan kurang kasih sayang. Berbeda dengan Zihao, dulu atau pun sekarang, sama sekali tak ada beda baginya.

Setidaknya itu yang kamu ketahui selama mengenalnya, lalu antara polos atau memang bodoh, kamu menyeret sang dominan pergi ke belakang sekolah mereka yang dekat dengan area pemakaman, berdiri di bawah pohon yeow tua dan berucap, "Kau juga ingin memiliki ayah yang penyayang seperti ayahku, 'kan?" tanyamu. "Mengaku sajalah."

"Apa maksudmu?" bingung Wang Zihao.

"Sudahlah, jawab saja dengan jujur! Iya atau tidak?"

"Tidak, kok," elak Zihao.

"Pembohong!"

"Tidak. Aku berkata yang sebenarnya."

Kamu menatap manik mata Zihao tajam, yakin bahwa apa yang Zihao ucapkan adalah kebohongan. Kedua tanganmu bersembunyi di belakang punggung sementara kedua kakinya berjalan semakin mendekati laki-laki itu. "Yakin dengan perkataanmu sendiri, Tuan Wang?"

Zihao melangkah mundur hingga punggungnya menyentuh pohon yeow, dia lalu menghela napas kesal. "Kalau iya, memangnya kenapa? Apa masalahmu?"

Dengan mata berbinar dan senyum mengembang, kamu menjentikkan jari tepat di depan wajah Zihao. "Nah? Kalau begitu solusinya sudah ketemu!"

"Hah? Sintingnya kumat, ya?" Zihao menyentuh keningmu dengan punggung tangannya; memastikan sesuatu. "Panas, sih. Pantas." Dia mengernyit dan makin cemberut kala menatap senyummu.

"Kan kamu ingin memiliki ayah, bagaimana kalau sudah dewasa nanti ayahku juga jadi ayahmu saja?" katamu, “kita berbagi ayah.”

"Kenapa harus menunggu sampai dewasa, memangnya kalau sekarang saja tidak bisa, ya?" Zihao tersenyum miring, senyuman itu seakan menantang sang lawan bicara.

"Ya nggak tahu pasti sih, katanya di TV-TV harus menunggu dewasa dulu," jawabmu polos.

"Jadi kalau sudah dewasa nanti kita akan menikah?"

"Huh, menikah ... apanya—!"

Ctaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrr~! Ctaaaaaaaarrrrr~!

Kedua pelajar itu dikagetkan oleh suara petir yang tiba-tiba menyambar pohon tempat mereka berteduh, suaranya sampai menggetarkan tanah dan hampir membakar pohon yang sudah berdiri sebelum sekolah itu dibangun.

❦❦❦

Semuanya berjalan seperti hari-hari biasanya, meski ada beberapa hal asing, tetapi itu bukan masalah besar, namun seiringnya waktu rasa tak nyaman akibat sesuatu yang baru itu mulai mengusik salah satu diantara mereka.

Berkali-kali Zihao meyakini dirinya sendiri bahwa kamu akan menepati janjinya, tetapi apa yang bisa kamu harapkan dari janji anak ingusan di masa lalu? Sementara masa depan yang terpancar terang menunggu di depan sana?

Wang Zihao gelisah sejak terakhir kali kamu mengatakan padanya bahwa debut grupmu sudah dekat, itu memang belum jelas, tetapi keberhasilan boygrup rookie agensi itu membawa angin besar bahwa girlgrup juga sebentar lagi akan lahir. Kamu adalah salah satu kandidat debut paling kuat, dan Zihao khawatir akan hal itu.

Apa jadinya jika kamu nanti berhasil meraih mimpi dan kamu akan meninggalkan Zihao demi karier?

Ya, Zihao memang egois. Tapi menurut laki-laki itu, kamu lebih egois, karena kamu lah yang pertama kali membuat janji itu. Sebuah janji harus ditepati!

Zihao akan melakukan apa pun agar janji itu terlaksana.

"Wang Zihao apa yang kau lakukan di sini?!" Kamu marah mendapati tetanggamu itu ada di loby agensi. "Mengaku sebagai pacarku di depan anak-anak lain? Kau gila, ya!"

"Maaf, tadi aku hanya iseng untuk mengetes reaksi mereka."

Itu bukanlah yang pertama dan terakhir, diminggu-minggu selanjutnya Zihao jadi semakin menyebalkan. Dia membuat kebohongan tentang ayahmu yang kecelakaan, anjingmu yang mati diracun, mendadak ingin bertemu di tengah malam, memberinya banyak cemilan, hingga dengan sengaja menumpahkan minuman ke dalam lirik lagu yang sudah kamu tulis selama sebulan. Membuat kamu benar-benar tidak ingin mempercayai lagi apa pun yang Zihao katakan.

Namun puncaknya adalah akhir bulan lalu ditanggal November kala salju pertama mulai turun dari surga ke bumi, kali ini kamu hampir dikeluarkan karena banyaknya catatan merah akibat terlalu sering absen, penurunan bakat hingga berat badanmu yang terus naik tak terkendali.

“WANG ZIHAO!!!”

═════ ◈ ═════


Bab 20 sudah diunggah, selamat membaca. Jangan lupa beri kritik dan saran yang membangun. Happy weekend everyone 😈🎉

25/02/2024

EXCHANGE WORLD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang