Intinya Grupchat
You
Guys, izinin gue
SakitYuri
Duh
Sakit apa, Ta?Disa
Makanya jangan pura-pura sakit, sakit beneran kan lo
Sakit apa lo, Ta?You
Wkwk iya maaf
Gue demamYuri
Udah gue izinin, cepet sembuh TaDisa
Lo bisa dijenguk gak nanti?You
Gak usah dijenguk
Demam ringan doang iniDisa
Yaudah, cepet sembuh, Ta
Kelas sepi gak ada loYou
Thanks
Gue usahain masuk besok
Kalau ada tugas kabarin yaYuri
Aman, TaDisa
Anin kemana anjingYou
Anin kenapa, Dis?Disa
Gak tau, dia langsung keluar setelah liat hp
Bocah goblok, sekarang dia yang bolosYou
Yaudah biarin aja, Dis
Lagi ada masalah mungkinDisa
Lo berdua sama aja anjir
Yaudah, lo istirahat aja TaTamara menekan tombol telepon pada kontak Jeanine, namun operator lah yang menjawab telepon tersebut. Berkali-kali ia kirimkan pesan pada Jeanine, namun tak ada satupun pesan yang diterima.
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. 'Siapa yang bertamu pagi-pagi ini?' batin Tamara. Mau tak mau, Tamara bangkit perlahan dari kasurnya, dengan masih mencoba menelepon Jenine.
Wajah seseorang yang ia cari muncul setelah Tamara membuka pintu utama rumahnya.
"Nin? Lo sekolah anjing. Ngapain disini?" Jeanine menerobos masuk setelah dibukakan pintu oleh Tamara.
"Gue bawa bubur buat lo. Gue tau lo belum makan, apalagi minum obat." Jeanine meletakkan bubur dan obat yang ia beli saat perjalanan.
"Gue bisa handle diri gue sendiri, Nin. Mending lo balik sekolah aja." Tamara menghentikan aktivitas Jeanine.
"Gak mau. Gue mau sama lo disini." Jeanine berjalan menuju dapur rumah Tamara untuk mengambil nampan yang berisi mangkuk, sendok, beserta gelas untuk Tamara.
"Nin." Suara Tamara terdengar tegas di telinga Jeanine.
"Apa?" Tanya Jeanine yang masih berurusan dengan bubur.
"Sikap lo bikin gue salah paham asal lo tau." Jeanine membeku sejenak, lalu mencoba menjawab dengan tenang.
"Tamara, we're friends, right? Seseorang jagain temennya sendiri yang lagi sakit itu normal, Ta." Jeanine memberi alasan yang logis kepada Tamara.
"Tapi gak sampai segininya, Anin." Hati Tamara menolak jawaban yang Jeanine lontarkan.
"Stop. Tunda dulu pembahasan ini, sekarang lo makan dan minum obat." Tangan Tamara ditarik pelan untuk duduk di sofa ruang tamu keluarga Tamara.
"Nin." Tamara kembali memanggil.
"Gue bilang stop, Tamara. Omongin nanti aja pas lo sembuh. Sekarang, makan terus minum obat." Jeanine menyerahkan semangkuk bubur pada Tamara.
Tamara mulai memakan buburnya dalam diam, rumah sebesar ini hanya diisi suara sendok yang berdenting dengan mangkuk. Jeanine hanya memandangi Tamara yang sedang mencoba memasukkan bubur ke dalam perutnya, sampai gadis itu selesai dengan bubur dan obatnya, Jeanine sama sekali tak melepas pandangannya pada Tamara.
"Udah. Lo balik aja, Nin. Thanks bubur sama obatnya." Tamara yang akan membereskan peralatan bekas makannya disela oleh Jeanine, "Gue aja. Lo istirahat, Ta." Jeanine merebut nampan dari tangan Tamara yang lemas itu.
"Nin." Panggil Tamara.
"Nurut, Tamara." Jeanine yang tak menyukai bantahan langsung menatap Tamara tajam.
Tanpa berkata-kata lagi, Tamara berjalan perlahan menuju kamarnya dan membiarkan teman keras kepalanya itu membersihkan segalanya.
Setelah 5 menit berlalu, Jeanine menyusul ke kamar Tamara– mengetuk pintu kamar Tamara tiga kali. "Ta, gue boleh masuk?" Izin Jeanine.
"Boleh." Setelah mendapat izin dari pemilik kamar, Jeanine memutar knop pintunya perlahan lalu masuk dan kembali menutup pintu kayu tersebut.
"Mama papa lo balik kapan, Ta?" Jeanine bertanya, pasalnya rumah ini sangat sepi, sang asisten rumah tangga pun sedang pergi.
"Besok." Jawab Tamara tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel.
"Ta, jangan main hp dulu, nanti lo pusing." Tegur Jeanine.
"Iya." Jawab Tamara singkat dengan masih tak mengalihkan perhatiannya.
"Istirahat, Tamara Rajaya." Tamara menoleh ketika Jeanine menyebut nama lengkapnya. Ia menghembuskan nafas, lalu mematikan ponselnya dan membalikkan tubuhnya– memunggungi Jeanine.
Jeanine menggeleng pelan, lalu mengambil sebuah sticky-note dan pulpen dari meja belajar Tamara.
Get well soon, Ta.
Gue balik dulu, kalau ada apa-apa boleh chat gue. Gue ada beli makanan dari supermarket, nanti lo panasin aja. Jangan skip obatnya.-Anin.
Jeanine menempelkan sticky-note tersebut di nakas dekat kasur Tamara setelah memastikan empunya benar-benar tertidur. Jeanine menatap Tamara cukup lama, lalu pergi meninggalkan kediaman keluarga Rajaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend (?)
Teen FictionApakah menyukai teman sendiri adalah hal yang salah? Tentu tidak. Namun, bagaimana jika teman itu memiliki jenis gender yang sama dengan kita? Bagaimana Tamara akan bersikap jika hal itu benar-benar terjadi padanya? Akankah berakhir indah seperti...