"Nin, ayo bangun. Bentar lagi bel istirahat." Tamara menepuk pelan lengan Jeanine yang tertidur sejak 30 menit lalu. Sang empu yang baru keluar dari alam mimpi berdehem, lalu bangun dan mengucek matanya.
"Emang kenapa?" Jeanine yang masih setengah sadar bertanya, "Jangan ada orang lain yang tau ruangan ini. Ayo keluar biar gak ketahuan." Tamara mengangkat selimut yang digunakan Jeanine untuk dilipat rapi.
"Emang yang tau ruangan ini ada siapa aja?" Jeanine perlahan bangkit untuk memakai kembali sepatunya.
"Gue, ayah gue, wakil kepsek, sama lo." Jari jemari Jeanine yang sedang menautkan tali sepatunya sontak berhenti, lalu berpikir dan kembali bertanya, "Kenapa gue doang, Tam?" Untuk pertanyaan ini, Tamara hanya mengedikkan bahunya.
Setelah keduanya siap, Jeanine memimpin untuk keluar, disusul oleh Tamara yang langsung mengunci pintunya. "Cuci muka dulu sana, muka bantal." Tamara menunjuk ke arah toilet dengan gestur wajahnya. "Bawel. Lagian gue masih cakep, kan?" Jeanine menyenggolkan bahunya pada bahu Tamara. "Meh, iler lo tuh." Tamara menunjuk ujung bibir Jeanine–yang sebenarnya bersih-bersih saja. "Bangsat lo. Iya ini mau cuci muka." Jeanine berbalik, berjalan cepat menuju toilet. Tamara terkekeh kecil dengan reaksi teman sekelasnya itu. Lalu segera menyusul Jeanine untuk membasuh wajahnya.
"Nin?" Tamara memanggil, dan mendapat sahutan dari bilik kamar mandi urutan ketiga. "Tungguin, gue di bilik empat." Tamara melangkahkan kakinya ke bilik kamar mandi yang paling pojok.
Saat keduanya fokus dengan kegiatan mereka masing-masing, sayup-sayup terdengar suara orang sedang bergosip yang semakin lama semakin terdengar jelas. "Tamara cok, kelas 12 IPS 2." Tamara yang mendengar namanya disebut langsung memasang telinga, "Sayang banget anjir. Padahal si Rafa anak OSIS naksir sama dia, malah demennya cewek. Tapi gak kaget sih, soalnya dia gayanya tomboy." Orang kedua menyahut.
"Pacarnya sekelas anjir, lo tau?" Orang pertama kembali mengompori, yang langsung mendapat sahutan, "DEMI APA?" Dari lawan bicaranya, "Iya anjir, si Jeanine. Mereka emang satu circle sih, bareng Yuri sama Disa. Tapi mereka paling nempel, taunya pacaran. Eh minta liptint lo dong." Setelah itu, kamar mandi hening. Dan kedua orang yang barusan bergosip itu telah meninggalkan kamar mandi, sesaat setelah melakukan touch-up.
Tamara masih termenung dibalik pintu biliknya, sedangkan Jeanine langsung keluar setelah suara-suara itu tak terdengar lagi. Mendengar suara knop pintu dibuka, Tamara turut membuka pintunya dan mengejar Jeanine yang berjalan cepat menuju kelas.
Dikelas yang hanya ada Yuri dan Disa, Jeanine disambut dengan godaan dari Disa,"Hayo abis pacaran ya lu berdua?" Disa menunjuk bercanda ke arah Jeanine dan Tamara yang baru sampai.
"Gue straight, anjing."Jeanine melengos masuk dan duduk di bangkunya, cepat-cepat memasang earphone tanpa musik– untuk meredam kebisingan, lalu menenggelamkan wajahnya pada kedua lengannya yang sudah diletakkan diatas meja.
Disa kebingungan, "Dia marah?" Disa bertanya pada Yuri dan Tamara. "Dia marah ke lo kali gara-gara dibercandain gitu."
"Lah bukannya kita udah biasa bercanda gitu? Kenapa tiba-tiba marah deh?" Yuri mengedikkan bahunya tak mengerti, lalu bertanya pada Tamara "Kita mau ke kantin. Lo ikut gak?"
Yang ditanyai menggeleng. Setelah mendapatkan gelengan itu, Yuri dan Disa melangkahkan kakinya bersama menuju kantin.
Dada Tamara berdenyut nyeri melihat reaksi Jeanine. Namun, untuk sekarang, ia belum bisa mengajak Jeanine berbicara. Tamara mengambil sticky-note miliknya, lalu menuliskan,
Maaf, Jeanine.
Tamara menempelkan sticky-note tersebut di meja milik Jeanine. Kemudian ia kembali keluar kelas. Tamara memutuskan untuk bolos sepenuhnya ada mata pelajaran hari ini.
Intinya Grupchat.
Yuri
@You lo bolos hari ini?Disa
Ada masalah, Ta?You
Iya gue bolos hari ini
Gak ada masalah apa-apa, Dis
Kalau ada yang nanya, bilang aja gue sakitDisa
Gue gak percaya sih kalau gak ada masalahYuri
Jangan dipaksa, Dis. Biarin aja, nanti kalau mau cerita juga bakal cerita sendiriYou
Thanks, RiSetelah selesai berbincang dengan temannya, Tamara mematikan daya ponselnya. Lalu ia memutuskan untuk tidur hingga waktu sekolah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend (?)
Teen FictionApakah menyukai teman sendiri adalah hal yang salah? Tentu tidak. Namun, bagaimana jika teman itu memiliki jenis gender yang sama dengan kita? Bagaimana Tamara akan bersikap jika hal itu benar-benar terjadi padanya? Akankah berakhir indah seperti...