08.

185 15 0
                                    

"Kiw-kiw!" Suit Disa dan Yuri, melihat Tamara dan Jeanine yang sedang menikmati musik berdua itu membuat mereka tak tahan untuk menggodanya.

"Eh? Lo berdua kapan baliknya?" Tamara yang kaget bertanya.

"Ya gak lama sih." Disa mengedikkan bahunya.

Jeanine yang canggung langsung menegakkan tubuhnya kembali. "Kalian abis dari mana?" Tanya Jeanine, mencoba mencairkan atmosfer diantara mereka.

"Dari koperasi depan. Beli tisu sama air." Yuri mengangkat kresek hitam bawaannya.

Jeanine dan Tamara mengangguk mengerti.

"Jeanine sayaaaaang!" Novia memanggil Jeanine dengan suara melengkingnya sambil berjalan ceria memasuki kelas 12 IPS 2.

"Eh? Sorry gue kira Jeanine sendirian." Novia meminta maaf setelah melihat 3 teman Jeanine yang lain juga ada disitu.

"Santai aja, kita juga mau balik nonton. Ya'kan?" Yuri menyenggol Disa.

"Iya, ini gue cuma mampir minum doang." Disa meletakkan botol minumnya lalu menggandeng Yuri untuk kembali ke lapangan. "Lo ikut gak, Ta?" Yuri bertanya pada Tamara yang terlihat lesu itu.

"Enggak. Kalian aja." Yuri dan Disa lantas pergi setelah mendapat penolakan dari Tamara.

"Gue keluar." Kata Tamara pada Jeanine.

"Kemana, Ta?"

"Kamar mandi." Jeanine mengangguk.

Tamara melangkahkan kakinya menjauhi kelas, lalu berjalan menuju ruang pribadinya yang berada di balik gudang. Ia akan tidur disini hingga sore menjemput.

Setelah membuka pintu dan menguncinya kembali, Tamara merebahkan tubuhnya lelah. Bukan tubuhnya yang lelah, namun hatinya.

'Kenapa gue harus suka sama lo ya, Nin?' Tamara mulai bermonolog.

'Friendzone-nya kan emang sama lo. Emang gue naksir siapa lagi selain lo?'

'Gue tuh naksir lo, Anin. Kenapa lo gak paham-paham sih?'

'Lo pikir aja, temen mana yang rela nulisin materi lo yang ketinggalan jauh itu karena sering dispen lomba?'

'Temen mana yang rela kehujanan padahal sendirinya bawa payung, tapi payungnya malah dikasih ke lo?'

'Temen mana yang tatap-tatapan dalem kayak gitu?'

'Tapi gue terlalu ge-er gak sih? Padahal dia emang gitu ke semua temennya.'

'Tapi tatapan lo ke gue tuh beda, Nin. Anjir lo gak sadar kah?'

'Capek juga ya, Nin.'

'Gue bakal nyerah, tapi gak sekarang. Setidaknya sampai lo sadar sama perasaan gue, Nin.

'Lo gak usah ngerasa terbebani sama perasaan gue, please.'

'Gue emang gak tau gimana masa depan kita gimana, tapi gue harap perasaan gue ke lo yang sekarang ini bisa ilang.'

Setelah puas berbicara sendiri, Tamara memutuskan untuk tidur.

3 jam tertidur, Tamara akhirnya bangun. Setelah mengumpulkan kesadarannya, Tamara mengecek ponselnya. 5 panggilan tak terjawab dari Yuri, dan 3 panggilan tak terjawab dari Disa. Jeanine? Tak ada notifikasi apapun dari perempuan itu. Tamara menghembuskan nafas gusar.

'Lo senyaman itu sama Novia ya, Nin?' Batin Tamara berbicara.

Ia lantas menelpon Yuri.

"Lo kemana anjir, Ta? Kata Anin, lo ke kamar mandi. Tapi sampai sekarang lo gak keliatan. Yang bener aja."

"Iya sorry. Anin mana?"

"Lagi nonton bareng Novia."

"Oh.. yaudah."

"Lo telepon gue cuma mau nanya Anin doang?"

"Ya mau nanya apalagi emang?"

"Gak. Yaudah nanti tas lo gue masukin loker lo ya. Gue tau lo balik kesininya pas bel pulang.

"Iya. Makasih ya, Ri. Disa mana?"

"Dia ngambek sama lo gara-gara teleponnya gak diangkat."

"Kek bocah aja."

"Bocah matamu! Gue lebih tua dari lo ya Ta-i!" Suara Disa menyambar. Tamara terkikik kecil.

"Gak usah ngambek. Nanti gua traktir mcd."

"Deal. Gue tandain lu." Disa mengiyakan tawaran Tamara.

"Beneran bocah. Mcd doang luluh."

"Hust, nanti ngambek lagi dia." Ponsel telah kembali ke Yuri.

"Iya-iya. Yaudah gue tutup ya, Ri. Thank you btw." Tamara menekan tombol merah pada ponselnya, lalu kembali rebahan. Mungkin akan kembali tidur?

Just Friend (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang