Bab 02. Rasa yang Berbeda
Aku memang selalu bermimpi akan pertemuan kita, tapi aku tak menyangka semesta akan sebaik ini sampai mengabulkannya.
"SUMPAH VI, KENAPA TUGAS GUE BANYAK BANGET SIH?! Itu guru kalau sekali aja nggak ngasih pr kayaknya masuk angin deh!"
Alerta mencak-mencak seperti orang gila. Menyumpah serapahi satu persatu nama guru yang menjadi alasan ia mengomel saat ini.
Vivian—teman berbeda kelas Alerta yang kini tengah berada di kamar milik Alerta itu pun sudah jengah dengan sikap lebay Alerta. Semenjak di perjalanan pulang dari sekolah sampai saat ini, Alerta tak henti-hentinya mengoceh. Membuat Vivian saja jadi bosan mendengarnya.
"Yaelah, Ta, guru itu tugasnya ngajar sama ngasih soal. Nggak usah lebay gitu ah, kaya nggak pernah di kasih pr aja lo," tutur Vivian. Yang sama sekali tidak menyurutkan kekesalan Alerta.
Dengan kesal, Alerta bangkit dari posisi rebahannya di atas kasur. Terduduk dengan kedua alis yang menukik tajam ke arah Vivian yang masih tetap pada posisi rebahannya.
"Tapi, Vi, Bu Irma itu ngasih tugas ngelukis! Lo harusnya tau sendiri 'kan? Gue nggak bisa ngelukis!" sanggah Alerta cepat.
Vivian memutar bola matanya malas. "Ya itu mah derita lo yang nggak bisa ngelukis," sahutnya acuh.
Alerta berdecak, kemudian membuang napas kesal. "Nih ya, Vi, manusia itu di ciptakan dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Dan nggak semua orang itu bisa ngelukis, tapi kenapa itu guru malah mewajibkan anak muridnya buat ngelukis?! Padahal Tuhan aja nggak pernah nuntut hambanya supaya bisa dalam segala hal!" sungut Alerta, masih pada argumennya sendiri.
Vivian mengelus dadanya sabar. Iya, berdebat dengan Alerta itu membutuhkan tenaga yang besar karena sudah di pastikan, gadis itu mana mau di bantah.
"Yaudah, kalau nggak mau di kasih tugas, di tuntut ngerjain ini-itu, nggak usah sekolah," final Vivian, yang di balas wajah cemberut Alerta.
"Tau, ah! Kangen kak Danu!"
Tuh, kan. Vivian rasanya ingin menabok wajah Alerta. Setiap topik yang di bicarakan dengan Alerta, pasti berujung pada pembahasan tentang Danu. Seolah-olah Alerta jika sekali saja tidak menyebutkan nama Danu dalam pembicaraannya dengan siapa pun, ia akan meriang.
"Vi," panggil Alerta.
Wajah cemberutnya sudah digantikan dengan raut riang. Salah satu mood booster Alerta ketika sedang kesal adalah dengan menyebutkan nama Danu. Ritual aneh yang selama ini terbukti ampuh untuk menaikkan moodnya kembali.
"Kenapa?" tanya Vivian acuh, sudah menebak apa yang akan di bicarakan oleh Alerta jika rautnya tampak begitu bahagia.
"Kira-kira, kak Danu lagi ngapain ya?"
Kan, sudah tertebak. Lagi-lagi karena satu nama, Ayuda Danu Tenggara.
▪▪▪
Waktu sudah menunjukkan angka pukul sepuluh malam. Tapi sepertinya, Danu tidak menunjukan tanda-tanda akan beranjak dari meja belajarnya dan pergi tidur.
Karena sekarang, mata cowok itu tetap fokus pada layar monitor laptopnya yang menunjukan deretan paragraf dari novel online yang ia baca.
Kebiasaan baru yang Danu geluti selama beberapa bulan ini. Berawal dari nama aplikasi novel tersebut yang selalu lewat pada beranda sosial medianya, membuat Danu penasaran dan berakhir iseng mengunduhnya. Tanpa ia duga, ia ketagihan.