05. Masuk Lebih Dalam
Tak banyak yang tau. Tapi akan ku biarkan kamu mengetahuinya.
Usai beberapa saat berboncengan di bawah langit Jakarta yang mendung, kini Danu dan Alerta telah sampai pada tujuan mereka. Danu memarkirkan motornya tepat di depan gerbang rumah Alerta.
"Udah sampe," katanya.
Alerta pun turun dari motor Danu dan melepas helmnya. Gadis cantik itu memamerkan cengiran halusnya pada Danu.
"Makasih ya kak, jadi ngerepotin. Mau mampir dulu nggak?" tawar Alerta. Itung-itung sebagai tanda terima kasih telah di antarkan dengan selamat oleh kakak kelas kesayangannya itu. Sekalian, ia mau modus.
Danu tersenyum teduh sebagai balasan, "nggak usah. Makasih tawarannya. Gue balik dulu ya."
Danu mulai kembali menyalakan motornya dan berlalu dari rumah Alerta. Meninggalkan Aleta yang kini diam mematung usai melihat senyuman Danu yang begitu memabukkan.
"Gila, senyum aja keren!"
Alerta menangkup pipinya sendiri. Sembari tertawa renyah seperti orang gila. Tanpa sadar, kalau Abangnya tengah memperhatikannya di balik gerbang.
"Oy!" panggil Bara—Abang dari Alerta. Cowok yang seharusnya datang ke sekolah menjemputnya tadi. Cowok yang membuatnya harus merasa menjadi gembel karena menunggu lama seorang diri.
Raut wajah Alerta yang tadinya berseri kini berubah menjadi ketus. Dirinya menatap Bara dengan sengit. Kemudian tanpa membalas panggilan dari sang Abang, Alerta membuka gerbang dan masuk ke dalam rumah. Mengabaikan Abangnya yang terus memanggil di belakang.
"Sapa tuh? Cowok lo? Bagus ya, mentang-mentang kaga gue jemput, udah berani di anter sama cowoknya."
Nada Bara sangatlah nyinyir. Ketara sekali kalau cowok itu tengah menyindir Alerta secara terang-terangan. Tapi Alerta hanya mengacuhkannya dan melenggang pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
"Woy! Kalau ada orang ngomong itu didengerin!" sentak Bara dengan kesal. Tapi ucapan Alerta selanjutnya malah membuat emosinya berada di ubun-ubun
"Lah, emang lo orang?"
Bara sudah mengambil ancang-ancang akan melemparkan sendal rumahnya pada Alerta, tapi gadis itu sudah lebih dulu melarikan diri menuju kamarnya. Menghindari amukan dari singa jantan yang galak itu.
"Sabar-sabar punya adek kelakuannya kaya setan!"
Bisa tebak apa yang Alerta lakukan sesaat setelah sampai di kamarnya? Ya, menelepon Vivian. Ia akan berbagi kabar gembira ini. Atau lebih tepatnya, ia akan pamer pada sahabatnya itu.
"LO HARUS TAU SIAPA YANG NGANTERIN GUE PULANG HARI INI! GILA, VI! GUE KAYAK MIMPI WOYY!"
"Pelan-pelan napa si Ta ngomongnya?! Ini telinga gue sakit!"
Di rumahnya, Vivian menjauhkan ponsel dari telinganya yang berdengung akibat teriakan Alerta yang tidak bisa di kontrol. Sungguh, ia jadi menyesal mengangkat telepon dari gadis itu.
"NGAK BISA VI! GILA, POKOKNYA HARI INI HARUS DI NOBATKAN SEBAGAI HARI PALING BAHAGIA SEDUNIAA!"
Iyalah, Vivian iyakan saja daripada Alerta ngambek nanti. Akhirnya mereka mengobrol, yang sejauh ini hanya perihal Danu, Danu, dan Danu lagi.
Rasanya Vivian ingin sekali menenggelamkan cowok bernama Danu itu ke sungai Amazon. Agar Alerta move on dan mencari cowok lain. Setidaknya, dengan begitu kadar kegilaan Alerta bisa hilang. Mungkin.