Bab 09. Sapaan Paling Menyakitkan
Jadi, seperti inikah rasanya patah hati?
***
"Hai Vivian,"
Dari segala kesialan yang sudah Vivian hadapi hari ini, mungkin bertemu kembali dengan Nakala adalah yang terburuk. Dirinya sudah tidak memiliki minat untuk tarik suara menyahuti ucapan Nakala. Kenapa ia harus bertemu dengan Nakala tepat di depan gerbang sekolah saat jam pulang seperti ini.
"Jangan ganggu, pergi," ucap Vivian dengan nada dinginnya. Wajah gadis itu jutek seperti biasa. Tapi tetap cantik di mata Nakala.
Mendengar ujaran sarkastis dari Vivian, tak lekas membuat Nakala menyerah. Cowok itu tersenyum miring melihat sikap Vivian yang selalu jual mahal. Entah apa yang ada dalam diri Vivian, semua tentang gadis itu terlihat menarik di mata Nakala.
"Gue nggak mau ganggu kok, cuma mau nagih janji aja."
Dahi Vivian mengernyit, dia tak merasa memiliki janji apapun pada cowok ini. Apa yang dia bicarakan sebenarnya?
"Janji apa? Jangan ngaco, gue nggak pernah punya janji sama cowok aneh kaya lo!" sentaknya. Vivian menatap malas pada Nakala dan terus memajatkan doa agar supirnya segera datang menjemput supaya ia bisa terbebas dari cowok aneh ini.
Kedua alis Nakala naik dengan bibir bawahnya yang maju beberapa senti. "Kasihan, padahal masih muda, tapi udah pelupa," tuturnya tanpa dosa.
Vivian menatap galak pada Nakala dan siap menyemburkan ucapan pedas untuk cowok itu. Tapi Nakala buru-buru memotong ucapan Vivian yang masih tertahan di pangkal lidah.
"Nggak papa! Karena gue baik, jadi bakal gue ingetin. Waktu itu, gue 'kan udah bilang, kalau besoknya kita ketemu lagi, berarti gue harus dapet nomor telepon lo. Dan hari ini, kita udah dua kali ketemu. Yang artinya, gue udah boleh minta nomor telepon lo." Dengan senyum tengil yang menyebalkan, Nakala berujar. Menatap Vivian dengan mata penuh binar harapan.
Mendengarnya, Vivian hanya mampu merotasikan kedua bola mata. Tak minat memperpanjang topik dengan Nakala karena supirnya sudah sampai.
"Tapi sorry, nomor gue mahal. Bye!" sahutnya, kamudian langsung masuk ke dalam mobil dan menghilang ditelan jalan.
Nakala menghela napas dalam-dalam sambil berdecak malas. Percobaan pertamanya mendapatkan nomor gadis itu gagal. Nakala menendang batu kerikil kecil yang ada di trotoar. Sambil mendumal tidak terima, tapi saat dirinya hendak berjalan mengambil motor, Nakala malah teringat akan satu hal.
Sesuatu yang pasti bisa memudahkannya mendapatkan nomor Vivian tanpa perlu susah payah. Iya, bodohnya Nakala, kenapa tidak terpikir dari tadi?
▪▪▪
Unknown
| hai Lerta
19.45| gue Danu
19.45"AKHHHHHHHHHHH!!!!!!!"
Di tengah ketenangan malam yang dingin, Alerta berteriak histeris usai mendapat pesan singkat dari Danu. Dengan tatapan tak percaya, gadis itu berulang kali membaca ulang pesan yang ia dapat agar tak salah paham.
Baca, berteriak, baca, berteriak. Seperti itu terus hingga akhirnya Alerta menjatuhkan tubuhnya ke kasur dengan kaki yang menendangi angin.
"DEMI APA KAK DANU CHAT GUE?!"