BAB 3 SOLUSI

1 0 0
                                    

"Yangku hanya ingin melihat sahabat ku ceria seperti dulu lagi."

-Fina

Entah sudah berapa lama Syanas tidak keluar rumah, yang ia ingat pada hari itu dirinya hanya keluar rumah sampai depan teras rumah saja, mengantarkan teman satu kelasnya yang berkunjung ke rumahnya pada hari itu.

Syanas jatuh sakit setelah beberapa hari setelah kematian Angkasa, teman kelas Syanas lantas menjenguknya untuk memberi Syanas semangat untuk hidup kembali lagi, kalau ini bukan saatnya untuk dirinya untuk berhenti.

Mereka juga melihat kejadian itu, saat detik detik kematian Angkasa, mungkin sangat berat menjadi Syanas, namun kita sebagai manusia hanya bisa mengiklaskan apa yang sudah tidak menjadi milik kita.

Syanas menyisir rambutnya sedikit rapi walau masih terlihat kusam, wajahnya masih pucat walau ia sudah cuci muka. Mungkin butuh lipstik untuk membuat bibirnya merah sedikit agar tidak terlalu pucat.

Dengan memakai Hoodie warna abu abu dengan celana warna hitam ia datang menemui sahabatnya ini, Fina.

Fina meminta Syanas untuk datang ke cafe dekat rumah Syanas. Entah apa yang akan mereka lakukan di sana.

"Aku pikir kamu bakal nolak ajakan ku, Sya." Fina melipat kedua tangannya di meja sembari menatap intens sahabatnya itu yang seperti mayat hidup.

Mereka berdua duduk berhadap hadapan di pojok cafe, di meja hanya terdapat satu cangkir cappucino milik Fina.

"Kamu enggak mau pesen? Aku yang bayar deh, untuk merayakan sahabat ku tersayang ini akhirnya keluar rumah setelah sekian lama." Fina tersenyum, lantas ia pun memanggil mas mas yang bertugas di sana.

"Mas mau pesen lagi dong!" kata Fina.

Mas mas yang dipanggil Fina itu pun lantas datang sembari membawa buku menu. Fina langsung memilih satu minuman dan beberapa makanan di sana.

Syanas hanya menatapnya datar membuat Fina memilih minuman untuk dirinya. Ia sebenarnya juga tidak terlalu berminat untuk minum.

"Enggak usah repot repot, Fin." Kata Syanas.

"Udah itu aja ya mas, makasih," ujar Fina. Mas mas tadi pun beranjak pergi dan segara menyiapkan pesanan Fina.

Syanas menghela napas panjang.
"Aku enggak laper, Fin!"

"Tapi aku laper, Sya," balas Fina sembari mengelus perutnya.

Syanas memutar bola matanya malas. Sedangkan Fina hanya cengengesan takjelas.

"Aku tau kok kamu dateng ke sini pasti dengan tujuan yang ku beritahu di chat itu kan?" Fina memulai pembicaraan yang serius.

Syanas menoleh ke sana dan ke sini. Lantas ia pun menatap Fina.
"Fin? Gimana caranya?"

Fina menghela napasnya lagi. Sebetulnya bertemu dengan orang mati itu hal yang mustahil, ia tidak menyangka sahabatnya ini masih belum mengiklankan Angkasa.

"Fin, jawab!" Syanas menggenggam lengan Fina.

"Gimana cara ku bertemu dengan, Angkasa?" Paksa Syanas.

Fina memutar bola matanya malas. Ia ingin sahabatnya seperti dulu lagi. Bagiama menjelaskan ini semua kepada sahabatnya ini.

"Sya, kalo hari itu Angkasa enggak bilang dia punya perasaan ke kamu, tapi dia tetep mati, apa kamu bakal baik baik saja seperti dulu lagi?"

Fina mencoba mencari kata kata yang tidak menyakiti hati Syanas, ia tau Syanas merasa kehilangan, tapi ini sudah terlalu lama.

"Sya!" Fina menggenggam kedua tanah Syanas.

JIWA YANG HILANG✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang