"kami saling suka, namun kami memilih memendam perasaan satu sama lain dan mengakibatkan penyesalan di akhir"
-Angkasa& Syanas
Syanas membuka matanya, ia terbangun dari tidurnya. Ia melihat sekeliling ia berada di tempat semula, jadi tadi hanya mimpi?Lagi pula akan sangat aneh tiba tiba ia bertemu dengan Angkasa, apa lagi yang ia lihat adalah Angkasa yang masih bersekolah. Tak seharunya ia berharap lebih kepada hal yang tidak mungkin terjadi.
Syanas menoleh ke samping mendapati Fina yang terdiri di sofa, Fina terlihat sangat tidur lelap mununggunya.
Tunggu! Sudah berapa lama Syanas tertidur?
"Kamu sudah hampir seharian tidur." Suara itu membuat Syanas terkejut.
"gimana? Udah ketemu sama pujaan hati mu?" Sava tiba tiba datang dan lantas langsung duduk di dekat ranjang Syanas.
Syanas tidak mengerti. Apa? Ia tertidur selama itu?
Sava menatap Syanas lekat, melihat raut kebingungan dari wajahnya. Lantas ia menghela napasnya. Sepertinya Syanas masih tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi kepadanya.
"Biar ku jelaskan!" Ucap Sava, membenarkan posisi duduknya sedikit lebih nyaman lagi.
"Jadi, yang dikatakan teman mu tentang bertemu dengan orang yang sudah meninggal itu, sangat mustahil." Kata Sava sembari melihat Fina yang masih terlelap.
Syanas lantas ikut menatap Fina juga.
Sava menghela napasnya.
"Aku bukan dukun atau orang pintar yang bisa mendatangkan orang yang sudah mati," akui Sava."Namun aku bisa menuntun mu bertemu dengan orang itu..." Sava menjeda ucapannya.
Ia menatap Syanas.
"Namun hanya dalam mimpi saja!"Syanas menghela napas, ia memalingkan pandangannya gusar. Itu sudah lebih dari cukup buat Syanas.
"Gimana pendapatmu? Apa perasaanmu sudah baik baik saja?" Tanya Sava.
Cukup lama Syanas terdiam, ia menatap kosong ke arah depan, entah apa yang dipikirkannya.
Sava menyenderkan punggungnya pada kursi, menopang dagu menunggu jawaban Syanas.
"Yang ku rasakan hanya penyesalan, dan semakin menyesal," Ucap Syanas singkat
Sava menarik satu alisnya. Ia tidak menjawab, ia menunggu Syanas selesai bicara.
Syanas menghela napasnya lagi, ia menunduk, ia tengah memainkan jari jarinya di sana.
"Di mimpi itu, dia mencoba mengutarakan perasaannya kepadaku, tapi mungkin ia tidak punya keberanian yang cukup, dan aku pun juga seperti itu," Ujar Syanas, ia terdiam sejenak.
"Andai hari itu kita punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan satu sama lain, mungkin.."
"Mungkin?" Sava tersenyum miring.
"Jangan cuma berangan angan akan kejadian yang tidak akan terjadi," Kata Sava sedikit sarkas.
Syanas terdiam.
"Maks...""Takdir!" Ucap Sava sembari melipat kedua tangannya.
"Kamu enggak bisa ngelawan takdir tuhan!" Tekan Sava.
"Walau di masa itu kalian jadian lebih cepat, bukan berati tuhan tidak akan mengambil orang yang kamu sayang itu," kata Sava mencoba menjelaskan.
"Manusia memang diciptakan untuk mati!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA YANG HILANG✓
Teen Fiction[complete]✓ BERTEMU. JATUH CINTA. PERASAAN. DIAM. PENGUNGKAPAN. PERGI. MELEPASKAN. ©Oktober2023