"kamu suka aku, aku suka kamu, namun kita tak bisa bersama."
-Syanas
Satu bulan kemudian....Cuaca hari ini sangat cerah, langit terlihat biru dengan awan putih yang berada di sana menambah kecantikannya.
Syanas melangkahkan kakinya jenjangnya, berjalan di jalan stapak berpafing itu. Dengan sepatu hitam serta gaun putih sedenkul. Rambut hitam yang awalnya panjang itu kini menjadi pendek sebahu. Di tangannya kini ia membawa sebuah buket bunga berwarna putih dan merah.
Ia berhenti di salah satu batu nisan disana tertulis nama sosok yang ia cintai.
Syanas tak menangis di hadapan makam Angkasa, ia sudah menyiapkan dirinya sendiri untuk betul betul bertemu Angkasa.
Syanas berjongkok sembari meletakkan buket bunga itu kepada Angkasa. Sembari tangannya mengelus nisan itu.
Syanas hanya bisa tersenyum melihatnya, ia menghembuskan napasnya lega.
"Yah, sa. Aku ngaku aku nyerah, tapi ya sudah lah!" Ungkap Syanas.
"Aku tak bisa memutar waktu, untuk kamu bisa bersamaku lagi!" Syanas menatap langit. Ia tersenyum lagi.
"Apa aku segila itu menyukaimu ya?"
Syanas lantas menatap ke arah batu nisan itu lagi.
"Kamu malu ga sih, di atas sana lihat kelakuanku?" Syanas mulai tertawa mengingat sifatnya beberapa bulan yang lalu.
Tawa Syanas berhenti, seketika air matanya menangis lagi. Ia memang tidak sekuat itu. Hatinya masih berbohong.
Syanas tertunduk.
"Sa, aku benar benar menyukaimu, kamu juga menyukaiku...." Ucapannya terjeda. Ia lantas menatap batu nisan itu lagi."Tapi kita tak bisa bersama!" Syanas mengelus pelan batu nisan itu lembut, bibir merahnya tak berhenti untuk tersenyum.
"Walau awalnya aku tak terima akan kepergianmu, tapi aku sadar, aku hanya menyakiti diriku sendiri," ungkap Syanas.
"Walau aku menyayat tanganku, walau aku menjatuhkan diriku dari atas gedung, kita tetep tidak akan bisa bersama." Syanas tersenyum getir.
"Katanya sih takdirnya seperti itu," Syanas tertawa lagi di dalam tangisnya.
"Kalo seperti itu kenapa kita dipertemukan sih, Sa?" Syanas mengusap air matanya yang membasahi pipi.
"Kalo tahu endingnya seperti ini, aku memilih untuk tidak mengenalmu aja deh!"
Syanas terdiam lama, menatap kosong ke area pemakaman ini.
"Tapi itu dulu, Sa."
Syanas menunduk lagi.
"Dulu saat kamu pergi meninggalkanku, tapi aku sekarang beda."Syanas mengangkat kepalanya tersenyum lagi ke arah batu nisan Angkasa.
"Aku bersyukur bisa mengenal sosok seperti mu, gara gara dirimu, masa SMA ku sedikit berwarna."
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA YANG HILANG✓
Teen Fiction[complete]✓ BERTEMU. JATUH CINTA. PERASAAN. DIAM. PENGUNGKAPAN. PERGI. MELEPASKAN. ©Oktober2023