-------------------------------------------------
Dengan kesal gadis itu melepas jam serba guna yang selalu dia andalkan dari tangannya.Lalu melemparkannya pada dashboard mobil canggih yang sekarang sedang dia kendarai.
Jarinya menekan tombol guna mengembalikan mobil itu dari mode auto drive.Lalu mengendalikan nya secara normal.
Moodnya sedang buruk hari ini dan harus diperburuk lagi dengan Halilintar yang membuat panggilan darurat, yang otomatis langsung terdengar di telinga Yaya tanpa harus dia mengangkatnya.
Sia-sia dia melepas jam tangannya.
"Yaya aku menyuruhmu untuk datang ke Cafe Gempa dan kau tidak kunjung datang.Dimana kau sekarang?", tanya suara bariton itu dengan kesal.
Yaya mendengus, "Jangan paksa aku Halilintar.Aku masih sibuk, kalau kau ingin makan malam ajak saja Gempa atau Fang", kata gadis itu tak kalah ketus.Dia tidak berniat untuk lemah lembut sekarang.
"Hentikan mobilmu, aku akan menjemputmu", titah Halilintar tegas.Tidak peduli dengan alasan yang diberikan gadis dengan tampilan formal itu.
Yaya mendesah, "Aku sibuk. Kau makan sendiri saja, aku sedang-",
Tut
Refleks Yaya memukul setir mobilnya kencang sebagai bentuk pelampiasan kesalnya.Mengetahui saat ini pasti Halilintar sedang melacak lokasinya.
Yaya sendiri tidak tau ada apa dengan putra pertama keluarga Gamma itu.Memangnya siapa dia sampai harus menuruti perkataan Halilintar?
Dia selama ini sabar untuk mempertahankan sifat lemah lembutnya sebagai wanita saja.Tapi kalau tau jadinya akan seperti ini, dari dulu dia tidak akan berlemah lembut pada Halilintar.
Taufan saja tidak seperti itu.
Mengingat Taufan. Yaya saat ini sedang menuju kediaman pemuda itu. Dia tidak datang ke rapat membuatnya kalang kabut, sampai harus Tuan Beliung sendiri yang mengatasi ketidakhadiran putranya.
Awas saja kalau ternyata dia sedang berkencan dengan gadis-gadis Rimbara.Dia benar-benar akan langsung menghajar Taufan nanti.
Yaya membanting setir ke kanan mengikuti rute yang sudah tercetak dikepala bergerak menuju tujuannya.
Suara halus mobilnya semakin memelan ketika dia memasuki sebuah hutan rimbun yang, Apa tidak ada villa lain yang bisa Taufan beli?
Kenapa harus di tengah hutan seperti ini? Membuat dia kerepotan saja.
Dia menekan salah satu tombol di dashboard mobilnya, membuat empat buah penyangga keluar dari badan mobil dan mendarat dengan mulus di depan villa Taufan yang sedikit diketahui orang-orang.
Dia turun dengan anggun, membiarkan pintu mobil itu berdesing pelan menutup dirinya sendiri.
Melangkahkan kaki jenjangnya menapaki batu berukir pengganti jembatan, untuk menyebrangi danau buatan yang menghiasi villa megah tapi minimalis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINDARA
FanfictionAtlantis Baru. Itulah sebutan untuk pulau surgawi ini. Tempat yang menjadi pusat perhatian dunia, sekaligus tempat yang menjadi latar belakang kisah para keluarga pemilik Rintis. __________________ Seiring berjalannya waktu para pewaris pulau in...