19# Cokelat Panas

207 34 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Yaya kau belum pulih,kita ke rumah sakit sekarang ya?",

Bahkan bujukan dengan nada lembut itu tak menyurutkan keinginan Yaya.

Tidak, dia tidak mau ke rumah sakit. Yang ada nanti Tuan Beliung memberikan jatah cuti panjang untuknya.

Dia tidak suka itu.Terlalu lama beristirahat membuatnya menjadi pemalas nantinya. Dan dia tidak mau itu terjadi.

"Tenang Gem.ini cuma luka kecil, istirahat dirumah aja cukup kok",

"Apanya yang kecil? Kau lihat kan-"

"Sst, sudah aku tidak apa-apa Gem. Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku"

Jari lentik yang berada di atas bibirnya, sekaligus mata cokelat dengan sorot teduh tapi terlihat menahan sakit itu mau tak mau membuat Gempa luluh.

Dia menghela nafasnya pelan.Mengambil jari mungil yang terletak di tangannya dan mengelusnya lembut.

"Baiklah, kita pulang sekarang", Gempa tersenyum dan Yaya ikut tersenyum lembut melihat itu.

"Nah gitu dong", jawab Yaya kelewat ceria.

Gempa terkekeh." Tapi janji, dirumah istirahat aja gak usah macem-macem.Dengerin apa yang ayahmu bilang nanti",

"Iya-iya aku tau", jawab Yaya sedikit mempoutkan bibirnya. Membuat Gempa lagi-lagi tidak bisa menahan senyum.

Tapi berbeda dengan Taufan.Dia dibuat meradang dengan tingkah laku sahabat dan juga asistennya saat ini.

Hey, memang Gempa itu sahabat Yaya sedari bayi karena rumah mereka yang berdekatan.Tapi apa sampai harus bermesraan terang-terangan didepannya seperti ini?

Sial, dia seolah tak kasat mata disini.

"Ehem.Baiklah Tuan dan Nona, kita sudahi drama opera ini.Hari sudah semakin malam, dan angin malam tidak baik untuk orang sakit oke?",

Dua insan berbeda gender itu menoleh dan memasang ekspresi berbeda.

"Eh, jam berapa sekarang?", tanya Yaya bergumam sembari melihat ke arah jam tangannya.

"Entahlah, setahuku ini malam. Kita pulang sekarang", Yaya tidak terkejut dengan Taufan yang sudah berdiri di sampingnya tapi

"Hey, turunkan aku Taufan.Aku bisa jalan sendiri",

Dia terkejut dengan Taufan yang main asal membopongnya.

"Dan membuat lukamu terbuka lagi? Oh, itu ide yang bagus untuk cepat sembuh Nona Yah", jawab Taufan sarkastis tanpa bisa dia cegah.

"Lebih baik kita gunakan kursi roda saja Taufan", tawar Gempa tidak suka Taufan yang main serobot. 

"Terimakasih tawarannya Tuan Muda Kasa, tapi yang seperti ini lebih cepat", jawab Taufan lagi mendahului keluar.

WINDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang