17 # Lembah Cidas

222 35 14
                                    

--------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--------------------------------------------------

Lembah Cidas, Rimbara

"Apa mereka belum sampai?",

Thorn yang mendapat pertanyaan itu menggeleng. "Belum.Mungkin sekitar satu jam lagi", jawabnya memperhatikan jam ditangannya.

Pemuda itu menghela nafas berat.Manik emerald nya menatap jauh pada ladang yang kini tak lagi menghijau seperti biasanya.

Semuanya bermula dua hari yang lalu.Dia mendapat laporan dari pihak pengawas ladang bahwa tiba-tiba tanaman cabai suci, bunga kantan, dan bunga apiru layu secara bersamaan.

Setelah diselidiki, ternyata dalang semua ini berasal dari benda kecil, menyerupai serangga, yang kini sudah diketahui merupakan robot.Benda itu menyimpan semacam racun di tubuh kecilnya dan menyebarkannya pada tanaman di lembah ini.

Akibatnya, kegiatan produksi dan impor makanan milik perusahaan Windara harus dipangkas sementara sampai keadaan membaik.

Dan kini, Rimba, sebagai pemimpin dari perusahaan kerja sama antara Rimbara dan Windara, tengah menunggu datangnya dua sosok lain yang akan dia ajak diskusi untuk menangani masalah ini.

"Oh itu mereka datang", kata Thorn riang, hampir berjingkrak.Rimba melihat ke arah yang Thorn tunjuk untuk memastikan.Lalu dia menggelengkan kepalanya.

"Ingat untuk bersikap profesional Thorn. Kita disini untuk bisnis bukan piknik oke?",

Thorn menurunkan tangannya dan mengangguk patuh.Manik hijaunya menatap manik milik kakak nya yang serupa.

"Baik Tuan Direktur", jawabnya mengubah suara.

Rimba tersenyum mengangguk." Kalau begitu, mari jemput mereka"

Rimba melangkah diikuti Thorn dibelakangnya.Senyum dibibir dia sunggingkan kala matanya menatap sesosok yang menjadi tamunya hari ini.

"Selamat siang, Tuan muda Kasa. Maaf Anda harus meluangkan waktu untuk masalah ini", Gempa menerima jabat tangan Rimba yang tersenyum kecil merasa bersalah.

"Tidak masalah Tuan Rimbara. Justru saya merasa terhormat diberi kesempatan untuk menangani masalah ini langsung", jawab Gempa penuh bijaksana dan dibalasi anggukan terimakasih oleh Rimba.Gempa melepas tautan tangan mereka dan menoleh ke sekitar.

"Tuan muda Windara belum sampai?", tanya Gempa.

"Iya, tadi sekertarisnya bilang kalau mereka akan sedikit terlambat.Tidak mengapa, mari kita tunggu di tempat yang lebih nyaman", jelas Rimbara mempersilahkan Gempa berjalan mendahuluinya.

Gempa mengangguk. "Baiklah".

Lalu keempat pasang kaki itu bergerak secara bersamaan menuju tempat yang ditunjuk Rimba.Sebuah pondok kecil, berada di tepian hamparan bunga kantan yang sebagian menghitam.

WINDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang