Hari Pertama Sekolah

243 34 0
                                    

Setelah mendapatkan kabar dari bapak yang telah mengurus segala berkas untuk Atla, yang ternyata Atla di terima maka dengan senang hati ia memecahkan celengan itu untuk uangnya digunakan pembayaran sekolah.

Dan Atla dengan sangat percaya segalanya menyerahkan kepada bapak tetangga itu, namanya Pak Ahar.

Berminggu-minggu berlalu, Pak Ahar datang kembali dan memberitahu Atla bahwa masuk sekolah sebentar lagi, selain itu Pak Ahar juga membelikan baju sekolah untuk Atla. Sungguh tetangga yang sangat mulia.

Hari kamis ini Atla berencana untuk pergi ke perpustakaan kota yang ada di daerahnya, ia ingin membaca buku-buku sekolah agar nanti tidak terlalu planga-plongo.

"Gila sih, gila ini. Gue udah gak sabar banget mau sekolah!"

Ia sudah siap akan berangkat, seperti biasa menggunakan sepeda. Baginya mau jarak jauh ataupun tidak, tetap saja sama capek karena Atla harus mengayuh sepeda.

"Nanti, gue bakal dapet temen baik gak ya?"

"Takut banget anjay. Kalau mereka tau gue anak pesisir pantai terus miskin, gimana?"

"Biasanya kan orang-orang yang sekolah di sana itu, kaya semua ..."

Keluh kesah dalam hatinya ia ungkapkan dalam perjalanan menuju perpustakaan itu. Tidak lupa juga ia bersenandung agar mulutnya tidak diam terus.

Butuh waktu satu jam untuk sampai di sana, dan Atla terus mengayuh sepedanya tanpa istirahat sehingga terasa cepat sampai, padahal sama saja.

Atla memarkirkan sepedanya di tempat khusus sepeda. Percayalah ini pertama kalinya Atla berkunjung dan rasa gugup tentu ada dalam dirinya, namun ia tetap akan masuk.

"Gila! Dingin banget!" Batinnya.

Mungkin karena Atla sedikit planga-plongo, maka orang yang ada di sana membantunya dengan meng-scan kartu pengunjung yang ada di sana sehingga Atla bisa masuk.

"Terima kasih pak. "

"Untuk buku-buku yang kemungkinan adek cari ada di lantai dua. "

"Baik, terima kasih. "

Atla mengikuti arahannya, langsung menuju lantai dua dan benar-benar sunyi. Mungkin hanya terdengar suara kertas yang dibolak-balik dengan ketukan-ketukan sepatu dari pengunjung.

Karena Atla tidak membawa barang apapun, hanya gawai saja maka ia tidak perlu membawa kunci loker.

"Geografi ..."

Ia menyusuri rak buku yang berkaitan dengan itu. Dan sebelum ke sini, Atla sudah membuat list buku apa saja yang akan ia baca sampai sore hari atau mungkin sampai perpustakaan ini tutup.

Tak membutuhkan waktu lama, buku yang ia cari sudah ada. Kini Atla harus mencari tempat duduk, dan ada sedikit situasi yang membuat dirinya kaget.

Ternyata perpustakaan ini sudah penuh, padahal dilihat dari luar seperti masih kosong ternyata itu salah.

"Permisi, kak boleh ikut duduk di sini?"

"Silakan. "

Karena tidak ada tempat yang kosong benar-benar kosong, maka ia duduk bersama dengan orang asing. Dan itu tidak masalah, sebab mereka fokus pada apa yang ada di depan matanya. Jadi, bukan untuk berbincang-bincang.

Ternyata seperti ini rasanya berada di perpustakaan. Jadi, apa yang ia lihat di dunia maya bahwa di perpustakaan itu tidak boleh berisik benar adanya.

Dua jam berlalu Atla memahami buku yang ia baca, "Ternyata baca buku bikin mumet ya. " gumamnya.

MISTERI LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang