Gembel

161 29 0
                                    

"Ampun tuan ..."

"Monyet lo! Ngeselin sia anjing!"

"Ampun tuan ..."

Juna beringsut ke pojok panggung dengan pakaian yang tidak layak, seperti gembel. Tubuhnya bergetar hebat, banyak luka disekujur tubuhnya juga.

Rasa pusing menjalar kala rambutnya ditarik kencang oleh tuannya itu, matanya sangat sayu, wajahnya kotor dan penuh lebam.

"Hah! Gimana rasanya disiksa sama ayah sendiri? Enak?!"

Juna menggeleng pelan, kedua telapak tangannya menyatu dan memohon sambil bertekuk lutut. Tubuhnya sudah sangat tidak kuat, rasanya ingin meninggal saja.

"Sip! Sampai sini dulu latihannya. Apresiasi dulu ..."

Suara tepukan menggema dalam gedung kesenian itu, Juna bangkit dan menatap temannya yang sudah menyiksa itu, "Monyet lo, kenceng banget narik rambut gue ..."

Dewa terkekeh, "Ya kan tuntutan, gue harus akting yang maksimal dong ..."

Juna memasang wajah sinis, kenapa juga dirinya harus jadi korban sih. Sutradaranya tidak melihat ketampanan yang ia miliki apa ya, kenapa harus mendapatkan peran yang tersiksa.

"Tapi, Jun. Lo cocok kok jadi gembel, hehe ..."

"Monyet lo!"

Sore ini, kelas Juna sedang mengadakan latihan untuk pementasan drama dari salah satu mata kuliahnya. Juna mengambil jurusan sastra, karena ia menyukai hal yang berbau sastra.

Berbeda dengan Dion yang mengambil program studi hukum, sejak sma ia menyukai pelajaran PKN apalagi ketika membahas mengenai pasal-pasal.

Kentara sekali keduanya dalam bersikap pun, Juna yang liar dan Dion yang teramat tenang.

"Harusnya yang ada diposisi lo tuh gue!" Padahal udah beberapa kali latihan, bahkan sekarang mereka sudah menjajaki panggung, di mana beberapa hari lagi mereka akan melakukan pementasan.

Akan tetapi, Juna masih tidak terima dengan perannya. Meskipun demikian, ia tetap menjalani peran gembel itu dengan sungguh-sungguh. Buktinya ia bisa melakukan perannya.

"Kita istirahat dulu, jam tujuh malam kumpul lagi di sini. " ujar sutradara.

"Siap bang!" memberikan penghormatan.

Maka Juna dan Dewa memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mencari makan. Namun masih disekitaran kampus.

Ketika berkeliling mencari makan, Juna bertemu dengan Dion yang sepertinya baru selesai kelas. Dan perlu diingat bahwa gedung FH dan gedung FIB berdekatan, jadi sungguh bosan sekali bagi Juna jika harus bertemu terus.

"Kemana lo?"

"Nyari makan lah, lo mau ke mana?"

"Pulang. "

Juna hanya membulatkan mulutnya saja sebagai jawaban, lantas ia berpamitan dengan Dion dan melanjutkan perjalannya mencari makan bersama Dewa.

***

Pukul sebelas malam, Juna baru selesai latihan dan bersiap akan pulang, begitu juga dengan yang lainnya. Kali ini ia menggunakan mobil karena paksaan dari Papa.

Jalanan cukup sepi jadi Juna bisa berkendara dengan lumayam cepat agar segera sampai rumah. Beberapa menit kemudian rumahnya nampak ramai, padahal ini sudah malam.

Ketika masuk, ternyata ada keluarga besarnya. Tumben sekali, bahkan paman yang menjengkelkan itu pun ada di sana.

"Sudah makan?" tanya Ari sembari memberikan pelukan hangat kepada putranya itu.

MISTERI LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang