Bersama Ayah

164 29 0
                                    

"Ayah!"

Atla berlari menuju parkiran dan menghampiri mobil ayahnya, ia sudah hapal sekarang. Lantas dibelakangnya ada Zofan yang mengikuti.

"Lo pulang naik apa?"

"Ayo Zofan, Om anter kamu pulang. " ucap Tio namun langsung ditolak mentah-mentah.

"Zofan mau ke rumah nenek Om, hehe ..."

Ia tidak berani pulang ke rumahnya sekarang, lebih baik berlindung ke rumah neneknya. Dan Tio mengangguk paham, lantas dua sejoli itu berpamitan.

Di dalam mobil, Atla memeluk Tio sebentar dan sukses membuat sang empu membeku sejenak. Putranya sudah tidak canggung lagi! Ia senang sekali, putranya sudah berani memeluk dirinya! Bahagia sekali.

"Adek merindukan ayah?"

"Iya, ayah ke mana satu hari menghilang?"

"Ayah menyelesaikan pekerjaan dulu, sebab Om kamu tidak benar melakukannya. "

"Keliatan sih dari wajahnya, Om itu seperti tidak ada niat untuk bekerja. "

Tio mengusap pelan surai Atla, namun dengan gesit anak itu menghempaskan. Ia belum bisa menaklukan hal itu dari Atla, "Ayah lupa. "

Atla tidak ingin memperpanjang masalah itu, yang penting dirinya bisa bersama dengan ayahnya. Satu hari tanpa Tio sekarang bagaikan belasan tahun tanpa orang tua.

"Kita makan di luar ya, mau?"

"Mauuuu!" seru Atla. Ia tidak masalah mau makan di mana saja dan apa saja, tidak ada pantangan makanan untuk dirinya sebab sejak dulu ketika bersama neneknya tidak pernah dibatasi dalam hal makan.

Mobil itu melesat dengan di dalamnya diisi perbincangan anak dan ayah, yang setiap perkataannya diselingi tawa keduanya. Hangat sekali rasanya, namun tetap saja bagi Tio dalam lubuk hatinya ada hal kecil yang mengganjal.

Tio masih ada satu hal yang belum diungkapkan kepada putranya, dan tidak lama lagi akan ia ungkapkan.

"Ayo. "

Keduanya masuk ke dalam restoran yang sudah dipesan sebelumnya oleh bawahan Tio. Tentu memesan ruangan private ia tidak ingin ketenangan makannya dengan putranya itu terganggu.

Di ruangan tersebut, ada outdornya sehingga tidak membosankan dan tentu bisa melihat jalanan yang ramai.

"Adek mau makan apa?"

"Apa aja Yah. "

Maka Tio memesan semua makanan rekomendednya mereka.

Sambil menunggu makanannya datang, Atla pergi ke luar untuk sekadar melihat-lihat saja yang ternyata Tio pun mengikuti dirinya.

"Ayah ..."

"Kenapa?"

Atla mencondongkan tubuhnya, "Ayah tau Genzi?"

Kerutan di dahi Tio kentara, "Kenapa adek menanyakan hal itu?"

"Katanya Genzi itu anak pemilik sekolah, teman ayah. Nah, kemarin Atla liat dia itu membully terus kata temen Atla Genzi emang suka membully. "

"Memangnya sekolah tidak tau perbuatan dia, Yah? Atau tutup mata? Kasian loh yang jadi korbannya. Bahkan gak ada yang nolongin. "

Pandangan Tio tidak lepas dari sang putra yang sedang bercerita, sebenarnya ia sudah tahu hal ini karena Deo bercerita. Tapi Tio ingin mendengarkannya langsung dari putranya, ia juga merekam semuanya.

"Atau karena dia anak pemilik sekolah, jadi guru-guru gak ada yang berani negur, Yah?"

Sebelum menjawab, Tio menarik lengan Atla untuk duduk sebab keduanya sejak tadi berdiri dipembatas.

MISTERI LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang