Untuk Pertama Kalinya

122 22 0
                                    

"Pa ..."

Eri membalasnya dengan deheman, ia tidak akan tergoda apapun. Karena tahu apa yang dilakukan putranya ini adalah sesuatu yang pasti ada maunya.

Setelah pulang latihan basket tadi Eri merasakan perubahan pada diri putranya jadi lebih diam, dan sekarang ia sudah menebak sepertinya tadi sedang memikirkan strategi.

Dan sekarang ketika semua keluarganya sedang berkumpul, setelah tadi selesai makan malam Zofan menjalankan aksinya.

"Ahh, gak asik jawabnya kayak gitu. " tapi posisinya ia masih bergelayutan pada lengan sang papa.

Auri serta putra sulungnya, hanya menonton saja drama ayah dan anak bungsunya ini. Tapi Auri gemes juga melihatnya.

"Yaudah, ada apa Zofan?"

"Nggak jadi ah, males. "

Baiklah, Eri putra bungsumu sekarang sedang merajuk. Tapi tidak masalah, karena putranya ini gampang sekali dibujuk.

Kini Eri melihat putranya sedang bermanja-manja dengan Mamanya, bahkan Zofan menggoyang-goyangkan kedua kaki Auri pelan. Jika sudah seperti ini memang Eri tidak bisa menahan gemasnya, pada putra bungsunya itu.

"Ada apa sayang, hm?" tanya Auri dengan elusan lembut pada surai putranya.

Lama sekali Zofan tidak menjawab, padahal orang-orang yang ada di sana sudah menunggu apa keinginannya. Yang justru putranya itu memejamkan mata, karena nyaman dengan usapan lembut mamanya.

"Zofan mau nginep di rumah Atla. "

Ketiganya tersenyum, tentu sibungsu tidak mengetahui karena posisinya sedang memejamkan mata. Mungkin jika tidak Zofan akan merajuk pada semuanya.

Eri mendapatkan kabar dari Alano bahwa Zofan ingin menginap di rumahnya, hal itu Atla yang menceritakannya. Maka Eri ingin putranya yang berbicara langsung.

"Tentu, Papa akan mengizinkan. " seketika mata Zofan menjadi segar dan tubuhnya tegap.

"Tapi, jangan berbuat ulah. Papa mengizinkan karena papa percaya dengan Om Alano, ingat itu!"

"Ahaha, siap Papa! Love you. " Zofan merangkak untuk memeluk Papanya, dan bergantian kepada Mama serta kakaknya.

"Malam minggu ya Pa. "

Eri mengangguk sebagai respon. Ia percaya jika putranya akan aman berada dikediaman Alano, sebab penjagaan di sana ketat dan juga Eri sudah berbicara jika putranya itu nakal maka hukum saja.

Lega rasanya Zofan sudah mengantongi izin dari keluarganya, malam ini ia akan tidur nyenyak sambil membayangkan ketika malam minggu itu tiba. Zofan akan melihat tingkah laku Genzi selama satu hari itu akan bagaimana.

"Kenapa tiba-tiba ingin menginap di sana?"

"Ya nggak kenapa-napa, gak tiba-tiba juga Pa. "

Posisinya sekarang Zofan sedang tiduran di paha sang Papa, ia tentu sudah tidak marah lagi.

"Kan Zofan izinnya dari jauh-jauh hari, gak dadakan juga ..."

Baiklah Eri memang benar apa yang diucapkan oleh putranya, tapi bukan itu yang ia maksud. Bagaimana Eri harus menjelaskannya, biarkan saja lah ia bisa memantau lewat cctv nanti yang Alano berikan.

"Pa, pa!"

Pikiran Zofan random, ia tiba-tiba saja teringat dengan Om Tio ayahnya Atla, "Om Tio gimana kabarnya ya?"

"Om Tio baik-baik aja, kemarin Papa ketemu dengannya. "

"Oww, oke deh. "

Sang kakak yang sedari tadi menyimak kini buka suara, "Aneh. "

MISTERI LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang