Sedikit Kisah Zofan

154 21 0
                                    

"Om!"

"Buddy!"

Keduanya merentangkan tangan, Atla dari arah pintu sedikit berlari untuk segera memeluk Deo yang berada di ruang tamu sedang berdiri.

Deo memeluk erat keponakannya itu, ia menunggu lama kedatangannya sebab dari siang anak itu bersama ayahnya. Dan sekarang pukul sebelas malam, ayah dan anak itu baru pulang.

"Atla benci ayah, Om!" ucapnya dalam pelukannya. Tentu Tio pun mendengarnya, ia justru tersenyum.

"Ada apa, Buddy?"

"Atla mau tidur aja Om, selamat malam ..." anak itu melepaskan pelukannya dan pergi ke kamarnya tanpa mengucapkan apapun lagi kepada Tio.

Tio justru merasa gemas melihat tingkahnya, apalagi ekspresi ketika ia menjahilinya tadi. Tentu ia juga memberikan rekamannya kepada Alano, agar orang itu bisa mendengar penjelasan lebih panjang.

Kedua saudara itu saling menatap seperti memberikan sebuah sinyal, dan tak lama Bass datang. Maka Tio menyuruh keduanya untuk datang ke ruang kerjanya sekarang.

Ada masalah yang membuat Tio sedikit ketakutan, sebab ini menyangkut keselamatan putranya. Dan untuk kali ini dirinya tidak akan membiarkan kejadian serupa terulang kembali.

"Mereka sudah tau keberadaan putraku ..."

"Tuan, sebenarnya Atla sudah bertemu dengan beberapa orang diantara mereka. "

"Tentu, aku sudah mengetahuinya Bass ..."

Keresahan bukan hanya dirasakan oleh Tio, tetapi Deo dan juga Bass. Bagaimana selama ini mereka berjuang mencari keberadaan Atla, dan sekarang mereka tidak akan membiarkannya lagi.

"Dan aku yakin, tua bangka sialan itu tidak lama lagi akan menemui kita. Aku tidak ingin mereka bertemu dengan Atla. "

"Lantas apa rencana mu?" Deo akan mendukung dan membantu segala apa yang direncanakan oleh kakaknya itu, ia menyayangi kakak dan keponakannya. Deo sungguh tidak rela jika kehilangan salah satunya.

Tio menatap Bass dan Deo bergantian, ia sudah memikirkan hal ini dengan matang dan mungkin inilah jalan terbaik agar putranya baik-baik saja.

"Mempertemukan dia dengan Bundanya. "

"Sudah ku duga ..." gumam Deo namun masih bisa terdengar.

Ia setuju dengan keputusan kakaknya, untuk saat ini memang itu yang terbaik atau bahkan jauh lebih baik dan tua bangka tidak bisa bertindak apapun nantinya.

"Kapan?"

"Secepatnya. "

Setelah itu ketiganya larut dalam pembicaraan untuk mengatur segala strategi. Bagaimanapun juga jangan meremehkan tua bangka itu yang cukup berbahaya.

Tentu kali ini Tio tidak akan merasakan belas kasihan lagi, meskipun tua bangka itu sangat ia kenal akan tetapi menyangkut nyawa putranya Tio akan menghabisi orang itu.

***

"Ayah, pulang sekolah nanti Atla mau main dulu di rumah Zofan boleh?"

"Tentu, papa Zofan dan ayah adalah teman lintas generasi. Dan ayah mengenal baik keluarga mereka, kamu akan aman bermain di rumahnya. "

Semalam sebelum Atla tidur, ia dengan Zofan bertukar pesan dan merencanakan untuk bermain meskipun hanya di rumah Zofan, yang penting keduanya bisa bermain sesuka hati.

Hal itu disetujui oleh Atla, karena setelah ia di bawa kemari. Dirinya belum memiliki teman dan inilah kesempatan bagi Atla.

Setelah mendapatkan persetujuan, hati Atla merasa lega. Pasalnya ia takut sekali ayahnya itu tidak mengizinkan dirinya untuk pergi kemanapun.

MISTERI LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang