Berusaha Menerima

163 27 0
                                    

"Adek mau sekolah?"

Ah! Gara-gara pembohong itu menculik dirinya, sampai ia berhenti sekolah. Padahal waktu itu baru beberapa hari, lantas sekarang gimana keadaan sekolah itu. Pasti Atla sudah tidak bisa sekolah lagi di sana, padahal itu adalah sekolah yang ia inginkan.

"Kalau adek mau sekolah sekarang-sekarang, ayah akan memasukan adek ke sekolah teman ayah. "

Atla bingung! Kenapa sekarang hidupnya dilanda kebingungan? Bagaimana ia harus menjawabnya, ditambah dirinya masih mengganjal mengenai fakta kemarin.

"Sekolah Atla yang dulu gimana?"

"Hancur dek, kota itu sekarang seperti kota mati. Ayah sudah janjikan waktu itu, akan membantu pemerintah setempat dalam membenahi kota itu, adek percaya sama ayah?"

Ia mengangguk patah-patah, lantas mencoba memberanikan diri menatap netra Tio yang sejak tadi menatap dirinya.

Tio tersenyum rasanya ditatap seperti itu sangat menenangkan, "Hari ini ayah akan mengajak adek untuk melihat-lihat sekolah baru. Mau?"

Membayangkannya saja pasti sangat menyenangkan, maka Atla setuju saja.

"Om ikut!"

"Kau diam! Urus saja pekerjaanmu!" ucap Tio penuh penekanan, adiknya itu senang sekali menganggu momen ayah dan anak.

"Kau payah Tio!" Lantas melanjutkan sarapannya.

Deo bangun kesiangan, sehingga hanya sarapan seorang diri. Sebab Atla dan Tio sudah makan lebih dulu. Dan hal yang membuat Deo marah, yaitu saat ia bangun tidur Tio dengan seenaknya memberikan semua pekerjaannya kepada Deo, dengan dalih ingin menemani Atla di rumah.

Cih! Bilang saja tidak ingin kalah dari dirinya, memang dalam segala hal Deo selalu satu langkah lebih unggul dari pada kakaknya. Ia bangga dengan dirinya sendiri.

"Ayo dek, siap-siap. Kita pergi ke sekolah. "

Keduanya pergi ke kamar meninggalkan Deo yang sedang mencibir. Kamar Atla masih tahap renovasi sehingga dirinya tidur bersama Tio ataupun Deo. Namun sudah dua hari ini Atla tidur bersama dengan Tio yang berhasil membuat Deo kesal.

"Em ... "

Tio menunggu kelanjutan ucapan putranya.

"Ayah ..."

Apa? Tio tidak salah dengar? Ayah? Apakah putranya sudah menerima semua? Luar biasa.

Tio menetralkan wajahnya dengan keterkejutan yang ia dapatkan, dan tersenyum manis sekali kepada putranya, "Iya adek, kenapa?"

"Atla ... mau minta peluk boleh?"

Tanpa membalas ucapan putranya, Tio mendekat dan mendekap tubuh Atla. Kali ini Tio tidak merasakan keterpaksaan dan ia pun merasa hangat kala putranya membalas pelukan itu.

Meskipun semalam juga Atla membalas pelukannya, namun rasanya berbeda. Mungkin sekarang atas permintaan putranya sendiri, sehingga feel yang didapatnya jauh lebih nyaman.

"Jangan usap kepala Atla!"

Tetap saja, anak itu tidak suka dielus surainya. Baiklah Tio tidak akan menyerah, ia akan terus melakukannya sampai putranya luluh dan hanya dia seorang yang boleh mengusap kepala putranya itu.

"Sana ganti baju, kita akan jalan-jalan melihat sekolah. "

Atla memberikan hormat, menandakan bahwa ia akan segera melakukan perintah ayahnya.

Tak memakan waktu lama, keduanya sudah siap. Dengan Tio yang memakai pakaian formal dan Atla dengan pakaian santai namun sopan.

Ketika keduanya turun, ternyata Deo sudah berangkat ke kantor tanpa berpamitan dengan mereka. Itu tidak masalah. Kini sebelum berangkat Atla pergi ke dapur dan membuka fridge untuk mengambil beberapa susu, juga snack.

MISTERI LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang