Abang Juna

428 50 0
                                    

"Gue harus pake tabungan ini buat biaya sekolah, "

Atla menatap celengan yang sudah pecah di hadapannya. Pagi ini ia langsung mencari celengan yang ada di lemari neneknya, dan memang itu digunakan untuk keperluan yang sangat genting.

Setelah semalaman memikirkan hal itu, saat bangun Atla langsung memutuskan untuk memakai uang itu agar ia bisa sekolah. Dan sekarang ia akan meminta bantuan kepada tetangganya untuk membantunya dalam menyelesaikan berkas-berkasnya.

"Gue kan gak punya akta kelahiran, gimana mau daftar ya? "

Atla bukan cucu kandung dari nenek, ia ditemukan di panti asuhan yang jaraknya lumayan jauh dari rumah nenek itu. Dan waktu itu nenek tidak ada pikiran untuk memberikan bayi Atla ke panti asuhan, yang justru di bawa olehnya dan di urus dengan baik.

Sampai sekarang Atla selalu mempertanyakan, siapa orang tua kandungnya dan kenapa ia bisa berpisah dengan mereka. Apakah mereka tidak mencari keberadaan anaknya?

"Permisi, Atla ..."

"Pak, masuk dulu pak. "

Beliau tetangga yang dimaksud oleh Atla, seorang guru sd di daerah pesisir pantai. Orangnya baik dan beliau mau membantu Atla untuk mendaftar sekolah sma.

"Kamu mau sekolah ya?"

"Iya pak, saya minta tolong untuk dibantu. "

"Sma mana?"

"SMA Negeri 1 Matahari "

"Oh, sma unggulan. Kalau gitu nanti bapak bantu ya dan untuk berkas-berkasnya sudah disiapkan?"

Atla mengangguk dan pergi ke kamar untuk mengambilnya, "Tapi pak, masalahnya saya tidak punya akta. "

"Untuk itu nanti coba saya pikirkan dan cari jalan keluarnya ya, "

Perasaan Atla menjadi tenang, semoga saja segalanya di lancarkan dan ia bisa masuk sekolah dengan tenang.

"Terima kasih pak. "

"Saya permisi dulu ya, Atla. "

Dan sekarang ia bingung harus melakukan kegiatan apa. Tapi biasanya Atla selalu jalan-jalan dari siang hari sampai sore.

Ia bersepeda mengelilingi pesisir pantai dengan melihat-lihat pemandangan yang menurutnya, melihat segala aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang itu sangat menyenangkan.

Jadi, seperti itu lah hari-harinya Atla yang hidup sebatang kara. Namun yang Atla heran, nenek kan tinggal di rumah yang sederhana ini tapi selama ini hidup mereka selalu tercukupi. Sama sekali tidak pernah kelaparan atau kekurangan apapun.

Itulah yang membuat Atla heran, siapa sosok nenek yang sebenarnya itu. Apakah dia dulunya orang kaya atau memang orang penting yang lebih memilih hidup sederhana, tapi urng terus mengalir.

"Hujan ..."

Ini yang Atla tunggu-tunggu, sudah lama sekali rasanya tidak main hujan-hujanan.

Dengan cepat ia siap-siap dan mengeluarkan sepedanya juga untuk rencananya hari ini. Sepeda pemberian nenek, Atla saja tidak tahu dapat uangnya dari mana tapi waktu itu sudah ada sepedanya. Bersama dengan gawai yang ia mau, itulah nenek ini sangat misterius.

Hujan semakim deras justru semakin membuat Atla senang. Ia sudah siap untuk pergi jalan-jalan.

"Wah, seger banget gila. Orang-orang juga malah senengnya main itu ketika hujan. "

Atla sungguh menikmatinya dengan melihat banyak aktivitas orang-orang, mulai dari anak-anak yang masih bermain pasir, ada yang sedang neduh di warung ataupun semacam gazebo yang sudah disediakan.

MISTERI LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang