10. BINVS : KODE ANARKALI 3,6,9

8.6K 1.1K 334
                                    

Allo ada yg masih bangun?
Di kalian jam berapa sekarang?

Janlup vote, komen, share yaaa

Janlup vote, komen, share yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TANDAI TYPO!

10. BINVS : KODE ANARKALI 3,6,9

Baik Wira, Tsana, Alip bahkan Dai pun menatap kesal ke arah Asa yang hanya menampakkan raut datarnya tanpa ekspresi.

Tsana menumpukan kedua lengannya ke meja dan menghadap ke arah Asa dengan pandangan menuntut, "Lo bisu? Kenapa nggak ngomong dari tadi, anjay," ucapnya dengan nada kesal.

"Nggak ada nanya," jawabnya singkat.

Tak

Tsana segera menjitak kepala botak Asa yang terlihat sangat mengkilap itu. Ia gemas sekali dengan makhluk botak ini. Rasanya ingin menangis saja menahan betapa jengkelnya ia melihat tampilan muka Asa yang tiada berdosa.

"Ke rumah Putik makan tomat, pulangnya bawa singkong. Udah capek-capek debat, eh hasilnya malah zonk," celetuk Alip menghembuskan napasnya lelah.

"Pergi jalan beli ketoprak, pulangnya beli lato-lato. Dasar makhluk botak, rasanya pengin gue makan, lo!" sambung Tsana memutar bola matanya kesal.

"Udah dibilang, apa susahnya ngomong panjang biar kita paham. Ngomong lebih dari tiga kata nggak bikin lo miskin, Sa," kata Wira mengulang kalimat Dai tadi.

"Tunggu-tunggu. Kalo Bu Laden nyokap lo, kenapa dia nggak ngasih buku TTS Anarkali ke lo sendiri, secara lo anaknya. Dan, artinya lo udah tau sebelum gue, kalo Bu Laden itu hantu yang ngajar kita waktu kelas sepuluh? Kenapa, lo nggak ngasih tau gue, Sa?" tanya Wira serius.

"Nggak kenal," jawab Asa singkat, yang lagi-lagi membuat teman-temannya berdecak karena tak paham apa maksud ucapannya.

"Maksudnya nggak kenal?" tanya Alip sabar.

"Nyokap gue nggak kenal gue, dan sebaliknya." Raut wajahnya memang datar, namun sorot matanya terlihat gusar. Asa seperti orang linglung saat menjawab teman-temannya.

Asa melihat wajah teman-temannya yang kini sedang menunggu kelanjutan dari kalimat yang mungkin akan memberi penjelasan kepada mereka. Namun, bukan Asa jika ia rela bicara lebih dari tiga kata tanpa dipaksa. "Gue lagi malas," ucapnya santai.

Terdengar hembusan napas kecewa dari keempat temannya yang lain.

"Sa," panggil Wira menatapnya. "Gue perhatiin dari awal kelas sepuluh waktu rapat bikin petisi di perpustakaan, lo selalu nyanggah kalo ada pembahasan soal Anarkali. Ditanya pun lo cuma diem aja. Diajak diskusi, lo juga nolak. Atau lo ada masalah sama Kakak lo? Cerita sama kita, gue siap ada di garda depan kalo lo butuh bantuan," ujar Wira lagi. Rambutnya berhenti dimainkan oleh Mevrow. Hantu berkacamata bulat itu menatap Wira dari samping dengan penuh rasa kagum.

BUT I'M NOT VERY SMART!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang