14. BINVS : KECURIGAAN WIRA TERHADAP MIMPINYA

4.4K 551 319
                                    

Vote dulu

Komen tiap paragraf ya.

Tandain typo

•Happy Reading•

14. BINVS : KECURIGAAN WIRA TERHADAP MIMPINYA

Suara denting sendok di atas piring yang saling beradu itu memenuhi telinga para siswa yang sedang melakukan sesi makan malam di prasmanan yang letaknya berada di lantai dua gedung perpustakaan, tepatnya sebelah timur aula utama Magnesium High School.

Ruangannya cukup besar hingga mampu menampung banyaknya murid Magnesium High School. Nuansa cokelat kayu yang melapisi dinding gedung ini membuat suasana cukup mencekam dimalam hari, apalagi diterangi lampu-lampu berwarna kuning ke orangean. Bukan hal yang perlu dicurigai mengapa gedung-gedung di Magnesium High School masih melestarikan peninggalan kolonial Belanda terdahulu tanpa mengubah arsitektur dan bentuk bangunan lainnya. Kecuali laboratorium di ujung timur yang sempat kebakaran pada tahun 2008, kini telah berubah bentuk bangunan yang baru.

(Dulu Magnesium High School adalah Hoogere Burger School, sekolah yang didirikan kolonial Belanda : Baca cerita lengkapnya dinovel DAI'S SHORT DREAM)

Di tempat ini hanya ada dapur utama yang menyediakan makanan empat sehat lima sempurna. Para murid akan mengambil nampan mereka masing-masing untuk diisi makanan dengan cara mengantri sesuai kelas masing-masing. Di sebelah kiri ada kelas Prestasi satu barisan, di tengah ada dari kelas reguler dengan 12 barisan masing-masing kelas, dan di sebelah kanan khusus untuk kelas Stupid dengan satu barisan.

Kedatangan murid-murid Stupid mengundang perhatian murid kelas lain yang mulai menatapnya sinis.

"Dua tiga lari cepat, apa lo pada liat-liat?" celetuk Dai memajukan dagunya pada gerombolan murid laki-laki yang menatapnya secara terang-terangan.

"Eh mata lo mau gue colok?" celetuk Tsana segera munuding salah seorang murid laki-laki di barisan kelas Prestasi yang terus menatap ke arah Wira.

"Tangan lo yang sopan. Di kelas Stupid nggak diajarin sopan santun, kah?" sahut cowok tadi dengan tatapan menantang. Hal itu membuat emosi Tsana tersulut.

"Mata lo yang nggak sopan liatin orang dari atas sampai bawah nggak kedip," seloroh Tsana mendekati cowok itu.

"Gue punya mata, gunanya buat lihat. Minggir, nggak usah ganggu makan malam kami. Usir juga teman-teman lo itu, nyampah doang di tempat ini."

"Anjir lo ya!" Tsana pun mendorong bahu cowok tersebut hingga membentur meja dengan suara yang cukup keras, membuat orang-orang yang sedang menikmati makan malam berhasil ketakutan.

Wira yang panik itu lantas meraih lengan Tsana untuk melerai perkelahian. "Na, berantem boleh, tapi sekarang bukan waktunya," ucap Wira pelan.

"Gue nggak terima ya, lo dilihatin begitu sama dia," jawab Tsana.

"Dia cuma lihat gue, nggak ngelakuin apapun."

"Sekarang nggak ngelakuin apapun, kalau besok lo kenapa-kenapa gimana? Matanya kelihatan benci banget ke lo cuma gara-gara lo Ketua Basis."

Wira tertegun beberapa saat. Menatap raut muka Tsana yang sedang emosi. Apakah cewek tomboi ini mengkhawatirkannya?

"Ekhem." Suara deheman Dai berhasil membuat Wira kembali tersadar. "Gue udah laper, mending kita duduk."

Kesembilan murid-murid Stupid pun menuju meja makan mereka dengan seksama. Namun, tatapan Tsana masih mengarah pada si cowok kelas Prestasi yang baru saja bertengkar dengannya. Tangan Tsana terkepal kuat di atas meja, seperti ada dendam yang tersimpan begitu lama. Hal itu disadari oleh Wira.

BUT I'M NOT VERY SMART!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang