16. BINVS : GADIS BERMUKA DUA

2.1K 286 211
                                    

•HAPPY READING•

16. BINVS : GADIS BERMUKA DUA

"Gue botak, anjir." Wira terus mengoceh tiada hentinya sejak jam masuk hingga  jam istirahat. "Gara-gara lo," tunjuknya pada Dai.

"Ya, mana gue tahu kalau lo bakal dihukum sampai dibotakin terus di guyur pakai air got," jawab Dai tanpa rasa bersalah.

"Beli Bebek beli Angsa, cie sekarang temenan sama Angkasa," ledek Alip berpantun sembari menaik turunkan alisnya menatap kepala Angkasa dan Wira secara bergantian.

"Nggak usah ngejek," gumam Asa menatap datar Alip yang duduk di sebelahnya sambil jegang.

Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba Tsana datang menyodorkan sebuah topi hitam kepada Wira. Membuat semuanya menoleh. "Buat nutupin kepala. Lo jelek kalau botak," ucapnya bar-bar.

"Berarti gue ganteng kalau ada rambutnya?" tanya Wira narsis.

"Lumayan." Jawaban Tsana menggugah senyuman Wira dari bibirnya, hingga melengkung membentuk bulan sabit yang menghiasi wajah manisnya itu.

"Lo ngapain semalem nyusup ke Asrama Putri? Beneran nganterin Yaya?" tanya Tsana penasaran.

"Bukan, gue bukan nganterin Yaya. Lo jangan salah paham, Na." sahut Wira panik. Ia segera menarik lengan Tsana agar duduk di sampingnya. "Sini duduk dulu, biar gue jelasin. Gue sama Dai memang sengaja datang ke Asrama Putri, buat memastikan jawaban dari buku teka-teki silang yang dulu pernah gue temui di kelas Stupid."

"Teka-teki silang yang pernah dikerjain sama Asa?" tanya Alip memastikan. Wira pun mengangguk mengiyakan.

"Terus lo nemuin jawaban?"

Wira pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi malam itu, dia tidak menemukan apa pun. Dia hanya melihat sebuah robekan stiker tak jelas gambarnya berwarna hitam putih di laci. Belum sempat mengambilnya, Wira dikejutkan oleh teriakan Dai yang justru malah menghilang. Alhasil Wira tertangkap basah oleh satpam wanita yang berpatroli dan dijatuhi hukuman botak kepala dengan tuduhan mengintip para murid perempuan di asrama.

Sedangkan dari sudut pandang Dai, cowok tersebut menceritakan dengan begitu hebohnya mengatakan bahwa dirinya bertemu dengan sosok hantu berjubah hitam yang mengancamnya menggunakan cincin senjata shocker. Namun, mereka tidak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut Dai. Seolah-olah Dai sedang mengibul.

"Kenapa nggak lo lawan, Dai? Hantu ditakutin," ejek Alip yang merasa dirinya sama sekali tak takut dengan makhluk halus dan sejenisnya.

"Gue takut dia bukan sembarangan hantu," kata Dai menyuarakan keresahannya.

"Ya itu cuma halusinasi lo aja kali."

"Dia manusia. Suaranya cewek. Dia ancam gue buat serahin diri ikut ke organisasinya dan serahin lembaran halaman dari Kitab Keramat yang pernah gue ambil dari Kai waktu kelas sepuluh." Tubuh Dai seketika menegang mengingat suara dari sosok berjubah hitam yang berdengung di telinganya.

"Oh, jadi lo! Yang sobek 30 halaman lebih dari Kitab Keramat itu? Gue selama ini cari sama Wira dan lo diam aja? Setelah ambil lukisan denah milik gue, ternyata halaman buku itu juga lo curi? Pantesan gue sama Wira nggak dapat informasi apa pun terkait senior Dainuri. Bilang sekarang apa tujuan lo lakuin semua itu? Di mana sobekan halamannya sekarang?" cerca Tsana seraya mendorong-dorong dada bidang Dai hingga  punggung cowok itu membentur tembok.

"Lo biasa aja, nggak usah kasar," sembur Dai menatap Tsana tajam.

"Di mana sobekan halamannya sekarang?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUT I'M NOT VERY SMART!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang