4

36 8 0
                                    

manusia itu adiktif terhadap rasa sakit, makanya banyak yang masih bertahan meski sudah babak belur.

--


Rasanya sore ini benar benar sendu. langit mendung di tutupi awan hitam sehingga matahari tidak mempunyai celah untuk menyinari. Rasa sakit di tubuh Anna sudah tidak terasa namun sesak nya masih ada, perasaan untuk mengikhlaskan memerlukan waktu yang tak sebentar.

Dalam diam Anna bergelut dengan isi pikiran nya sendiri hingga saat ini. Altezza yang baru saja tiba di perkarangan rumah Anna langsung di persilahkan masuk oleh penjaga karena Anna sudah menitipkan pesan kepada beliau.

Altezza melihat Anna yang duduk di sofa ruang tamu dengan tatapan kosong seolah tidak ada kehidupan di mata nya. Altezza mendekat kemudian menepuk pelan pundak Anna.

Anna tersenyum sebentar lalu beranjak dari duduk nya. "Sejak kapan di sini?" tanya Anna kemudian mempersilahkan Altezza untuk duduk.

"Belum lama" Jawab Altezza.

"Mau pergi sekarang Na? takut kesorean." Lanjut Altezza lagi.

"Eh! Kan baru sampe, istirahat dulu!"

"Ga usah Na, langsung aja. Ayo."

Hanya anggukan yang terlihat, suasana hati Anna masih buruk. Dia tidak mau jika suasana hati nya membuat Altezza tidak nyaman.

Setelah duduk di motor nya Altezza membantu Anna untuk naik kemudian diam sejenak seraya memandang wajah Anna dari spion motor nya. Tanpa sadar Anna juga menatap Altezza dari spion yang sama sehingga kedua mata mereka bertemu, mereka berdua terkekeh karena hal itu.

"Ayo! Katanya takut kesorean, ini malah liat liatan."

"Bilang aja malu, ish." Altezza melajukan motor nya setelah puas mengoda Anna yang saat ini diam dengan pipi yang memerah.

"Pipi lo kayak tomat, Na!" Altezza masih saja gencar mengoda Anna, Pipi Anna semakin memerah dengan rasa panas yang menjalar di kedua pipi nya.

"Mana ada!" jawab Anna sambil memukul bagian pundak Altezza. Dirinya malu!

--

Deburan ombak menyambut kedatangan dua orang yang baru saja turun dari motor nya. Dari sini terlihat hamparan laut luas yang begitu indah, dari ketingiian ternyata laut terlihat lebih indah.

Altezza mengajak Anna ke tepi bukit agar bisa melihat lebih jelas ke arah bawah. Dari sini terlihat banyak orang yang bersenang senang di bibir pantai,, entah itu dengan keluarga, teman bahkan pacar mereka.

"Laut adalah tempat yang lo benci, makanya gue ajak kesini." ucapan Altezza membuat Anna bingung, Altezza tau kalau dirinya tidak menyukai laut tapi kenapa dia mengajak Anna untuk melihat hamparan laut luas.

Melihat kebingungan Anna Altezza mulai menjelaskan. "Lo itu ga benci laut, Na. Lo cuma punya kekhawatiran sama laut, laut adalah tempat yang begitu menenangkan bagi gue, dan gue harap begitu juga dengan lo. Gue ajak kesini biar lo bisa menikmati keindahan laut tanpa ke khawatiran. Kalo gue ajak lo ke bibir pantai langsung yang ada lo makin sedih."

Anna menyimak penjelasan Altezza sambil mengganguk, benar juga pikir nya.

"Kok lo bisa nemuin tempat ini?" tanya Anna kemudian menatap Altezza.

Mendengar pertanyaan itu Altezza mengalihkan pandangan nya dari laut yang dia lihat sedari tadi ke Anna yang berada di samping nya. "Sengaja gue cari, buat lo." bisik Altezza membuat Anna menegang.

Altezza terkekeh sebentar lalu melanjutkan perkataan nya. "Dulu di bandung gue punya tempat yang persis kayak gini, setiap gue bosen gue selalu kesana. Jadi gue penasaran, di Jakarta ada tempat yang sama atau engga. Akhirnya gue nemuin tempat ini, dan mutusin buat ngajak lo ke sini."

"Tapi kayak nya tempat ini jarang di datengin orang. Kayak nya ini bakal jadi tempat favorite gue deh Na, menurut lo gimana."

"Lo jago banget nyari tempat Al, tempat ini bakal jadi tempat favorite kita." Anna melebarkan senyum nya. Dirinya tidak habis pikir dengan Altezza, pria di depan nya ini selalu punya kejutan.

Mata kedua nya bertemu, mata Anna yang sendu menatap mata dengan tatapan lembut milik Altezza. Hanya lewat mata pun Anna bisa setenang ini, apa yang di miliki Altezza sehingga membuat Anna se tenang ini.

Altezza mengusap pelan pipi Anna yang mulai di aliri air mata, perasaan Anna benar benar tak karuan sehingga dia tidak bisa menahan air mata nya lagi.

"Na, mungkin bagi dunia kamu hanya seseorang. Tapi bagi seseorang kamu adalah dunia nya."

"Jangan pernah berpikir untuk menyerah Na." Tangan Altezza yang tadi nya mengusap pipi Anna sekarang berpindah ke pergelangan tangan Anna yang masih di balut perban.

"Jangan sakiti diri lo lagi, Na." ucap Altezza kemudian mengangkat tangan Anna sebentar.

Isakan Anna mulai terdengar, diri nya rapuh dan selemah itu jika di perlakukan selembut ini. "Gue cape, Al. Gue cape menghadapi hidup gue sendiri. Gue ga sekuat itu untuk semua ini. Ga ada yang bisa gue jadiin sandaran kecuali Mama, tapi sekarang mama juga sedang berjuang untuk hidup nya. Gue juga mau seberuntung mereka, Al."

"Lo itu hebat, Na. Lo bisa lewatin semua nya sendiri selama ini. Tapi mulai sekarang libatkan gue dalam cerita lo, Na. Jadiin gue sandaran buat lo ketika lo butuh. Bagi cerita lo sama gue, Na."

"Lo memang ga seberuntung mereka tapi mereka belum tentu sekuat lo, Na. Lo yang di kasih cobaan sebanyak ini karena lo bisa hadapin semua nya."

"Jangan biarkan luka itu semakin banyak dan membusuk karena lo pendem semua nya, di kehidupan ini gue cuma mau kebahagiaan buat lo. jangan pernah berpikir lo sendiri, ada gue Na!"

Tangisan Anna terdengar menyakitkan bagi siapa yang mendengar nya, rasa nya sesak. begitu pula dengan Altezza. Anna tidak bisa merespon Altezza lagi karena air mata nya tidak mau berhenti.

"Gue temenin sampai lo sembuh. Gue temenin sampai lo lepas dari luka luka lo itu, Na."

"Gue janji!" lanjut Altezza.

"Lo baik banget ke gue Al, padahal kita baru kenal." dengan air mata yang masih mengalir Anna mulai bertanya pada Altezza yang masih memperhatikan nya.

Altezza tersenyum. "Gue cuma ga mau menyesal untuk kedua kali nya, Na."

"Menyesal?"

"Jangan nyerah ya, Na. Apapun yang kamu hadapi jangan pernah menyerah." pertanyaan Anna tidak di jawab oleh Altezza.

"Gue akan berusaha Al." walaupun Anna masih bingung dengan ucapan Altezza tadi tapi Anna tidak membahas itu lebih lanjut. mungkin itu hal yang sensitive jika di bahas pikir Anna

--

Halo halo, gimana part ini?
terkadang kebahagiaan se simple itu ya?
menemukan seseorang yang bisa mengerti kita dan ga menghakimi kita atas apa yg kita perbuat.

"meskipun mereka tidak menerima ku, namun aku punya Altezza."

see you🐣

SAGARA BUMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang