apa rasa cinta nya jauh lebih kecil daripada rintik hujan sehingga mengutarakan rasa sayang tidak pernah di usahakan nya.
--
Sore ini langit begitu cerah menunjukkan cahaya nya yang begitu indah, berbeda dengan Anna yang kalut dengan hati nya. Perkataan sang papa terus berputar di kepala nya.
"Andai saja Andrian masih ada."
"Andrian."
"Andrian."
Otak Anna penuh dengan nama itu, perlahan-lahan Anna terisak teringat mendiang abang nya.
"Abang liat? papa ngarepin abang yang ada di sini, bukan aku,"
"Harusnya aku yang hilang bukan abang."
"Dari kecil aku selalu di salahkan dengan hilang nya kemampuan abang berjalan, dan sekarang aku di salahkan karena abang menghilang."
"Kenapa harus abang yang menderita, kenapa bukan aku yang ngalamin itu semua,"
"Kalau saja aku yang hilang hari itu, pasti keluarga kita baik baik aja." ucap Anna lirih sambil menatap hamparan laut di depan nya.
"Semenjak abang menghilang keadaan rumah hancur bang, mama sakit, papa berubah dan aku yang semakin hancur."
"Aku cuma mengharapkan secuil kebahagiaan bang, kenapa rasanya sulit sekali?"
"Sakit.. rasanya sakit, kenapa papa ga bunuh aku aja sekalian?"
"Kenapa papa cuma menoreh luka dan menghancurkan mental ku perlahan."
Tubuh Anna yang tadinya berdiri sekarang sudah duduk di atas pasir pantai. Anna berhenti berbicara kemudian mencoba fokus mendengar suara ombak dan burung burung di sekitar nya. Setelah beberapa saat Anna menoleh kebelakang menatap bukit yang kemarin dia datangi bersama Altezza.
Karena pantai perlahan ramai Anna memutuskan untuk naik ke bukit tersebut. Dengan langkah perlahan Anna menaiki bukit tersebut.
Setelah beberapa menit mencoba menaiki bukit itu Anna akhirnya sampai di puncak bukit, tempat dirinya dan Altezza berdiri kemarin.
Anna, perempuan yang sering mengeluh tentang hidup nya, namun dirinya tidak pernah menyerah pada keadaan. Hanya sebentar kemudian bangkit lagi, menangis itu adalah bentuk melepas kesakitan.
Mau sesakit apapun tubuh mu, sesesak apapun dada mu, dan sekencang apapun tangis mu pada akhirnya kamu harus terlihat baik baik saja di depan semua orang. Itu lah bentuk pertahanan pada dunia yang begitu kejam ini.
Tubuhnya kesakitan, mental nya berantakan namun dirinya sering kali di sepelekan. Entah bagaimana takdir membawa perempuan kecil ini ke jalan ke terjal ini. Seindah apa di depan sana tuhan.
Bisakah dirinya merasakan kebahagiaan yang benar benar bahagia tanpa ada nya kekhawatiran?
Dengan mata sembab Anna duduk di ujung bukit menatap hamparan laut yang perlahan menjadi orange terkena pantulan matahari sore. Anna tersenyum kecil, membayangkan kebahagiaan yang selama ini dirinya impikan. Papa yang bangga padanya dan sang mama kembali bersama nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA BUMANTARA
Teen FictionSAGARA BUMANTARA. •• "Laut mengambil sesuatu yang sangat berharga bagiku." gumam perempuan itu sambil menatap hamparan laut dengan sorot penuh kebencian. •• "Laut itu indah, apalagi ketika kita melihat nya dengan seseorang yang kita cintai!" ujar se...