9

26 4 0
                                    

bahkan manusia paling logis pun mulai kehilangan logika nya.

--

"Kok Anna ga masuk ya?" tanya Clarissa pada teman teman nya.

"Di telpon ga di angkat, chat gue juga dari kemarin ga di bales sama dia." jawab Kean.

"Aneh banget, ga biasa nya dia gini."

"Oh! gue baru inget, ulangan harian kita di bagiin kemaren kan?" tanya Kean di angguki teman teman nya.

"Nah ada dua opsi kenapa Anna ga masuk, pertama karena mama nya dan yang kedua-" ucapan Kean terhenti.

"Papa nya?" tanya Altezza.

"Nah,"

"Opsi pertama lebih masuk akal karena Anna ga mau di ganggu kalo lagi sama mama nya."

"Kalo buat yang kedua, biasanya dia selalu ngabarin salah satu dari kita. Lagian nilai dia bagus kemarin."

"Tapi kalau Anna di hukum sama papa nya terus kita ga tau gimana?" tanya Rennata. Pertanyaan itu membuat ketujuh remaja itu terdiam.

"Kita cek pulang sekolah nanti."

--

Di ruangan gelap dan penuh debu itu satu tubuh meringkuk kesakitan dan kedinginan. Mata nya perlahan terbuka menatap ke penjuru ruangan yang tidak punya cahaya sedikitpun, tubuh nya yang perih di sertai sesak yang mulai merenggut kesadaran nya.

"Tolong.."

"Sakit, pa,"

"Nana minta maaf."

Samar samar Anna mendengar suara beberapa orang yang berteriak memanggil nama nya. Anna mencoba untuk mendekati pintu. Dengan sepenuh tenaga Anna merangkak, Anna mengetok pintu itu pelan.

"Aku di sini," ucap Anna lirih.

"Tolong,"

"Aku di sini." ucap Anna sambil mengetok pintu itu lagi.

Sedangkan 7 remaja yang baru saja tiba di rumah Anna itu pun bingung karena rumah itu benar benar sepi, bahkan para pelayan dan penjaga rumah itu pun tidak ada.

"Cek semua nya." ucap Kean di ikuti yang lain.

"Na, Anna lo di rumah ga."

"Na, lo dimana."

Mereka semua berpencar mengecek semua ruangan yang ada di rumah itu. Altezza samar samar mendengar suara perempuan di ruangan pojok lantai 2.

Altezza perlahan mendekat, suara itu semakin jelas meskipun pelan.

"Tolong.."

Altezza mencoba membuka pintu tersebut namun terkunci. "Na, lo di dalem?"

"Na, jawab."

"iya. Tolong." lirih Anna.

"Lo jauh jauh dari pintu, gue mau dobrak."

SAGARA BUMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang