Berpikir Yang Berlebihan

106 8 0
                                    

Waktu demi waktu cepat berlalu. Begitu pun dengan perasaan Nan atas dirinya saat ini. Entah sampai kapan perasaan yang samar akan suasana rumah yang ia rindukan seperti dulu, terasa begitu saja di setiap langkah kakinya. Sejak bertemu dengannya sejenak perasaan itu muncul kembali. Nan berpikir dengan keras apa yang sebenarnya terjadi kepadanya belakangan ini?!

"Uwahhhh...Aku benar-benar mengantuk sekali. Pekerjaan yang menumpuk membuat aku seperti mumi berjalan. Hahhhh...entah sampai kapan aku akan bekerja seperti ini?! Aku memang mencintai pekerjaanku namun, adakalanya aku ingin berdiam diri tanpa melakukan apapun."

Nan terus menerus bergumam pada dirinya sendiri.
"Ahhhh sial! Aku lupa bahwa diberi tugas oleh Nona, anak pemilik stasiun TV tempatku bekerja."
Apa aku mengambil keputusan yang benar ya? Apa aku mundur saja?
Aishhh...!
Tidak-tidak! Kau sudah berada di jalan yang benar Nan! Lakukan demi kebaikanmu, demi adikmu! Uang yang ditawarkan tidaklah sedikit, bekerja siang dan malam pun belum tentu kau akan mendapatkannya dalam sekejap matamu memamdang!

"Hahhh...Masalahnya aku belum bertemu dengan sekretaris tuan Saga itu secara tatap muka dengan benar karena saat aku meliputnya dulu hanya sekilas saja terlihat olehku wajah datarnya tersebut. Bagaimana kalau dia tahu duluan maksudku mendekatinya? Tidak-tidak! Dia pasti tidak akan mengetahuinya! Percaya dirilah Nan!"
Nan menguatkan hati dan fisiknya, menyemangati keputusan yang dia ambil tidaklah salah.

Tinggg!
Suara pesan masuk.
Nan! Ayo ikut ke Gedung XX. Disana akan ada tuan Saga dan sekretarisnya. Kau bisa menggunakan kesempatan baik ini untuk mendekatinya!
Isi pesan singkat tersebut.

"Hahhh...!"
Helaan nafas Nan.

Nan bergegas bersiap menuju gedung tersebut. Menggunakan pakaian kasual jika bekerja di luar stasiun. Melaju bersama Matt mobil tua kesayangannya. Mobil dari hasil gaji pertamanya sebagai staff pertelevisian.

Sesaat sampai di sana.
"Akhirnya kau datang juga Nan. Itu dia orangnya! Sekretaris Shin kesayangan tuan Baiben dan tentunya negeri ini."
Nona tersebut tersenyum sambil menatap sekretaris Shin dari kejauhan karena tak sengaja memandang ke arah mereka.

Nan memicingkan matanya menatap arah tatapan Nona tersebut sambil menimbang-nimbang penglihatannya salah atau tidak.

"Apaaa...Tunggu dulu! Hahhhhhh...!"
"Aku lupa jika itu dia! Tidak mungkin!" Nan mengucek-ngucek matanya tidak percaya. Laki-laki yang ada di depannya ternyata adalah sekretaris Shin. Seseorang yang telah membantunya tempo hari yang berbaik hati membiarkan orang asing masuk dan makan satu rumah dengannya.

Bodohnya aku tidak memperhatikannya. Sial! Sial! Bahkan aku sempat mengira dia pembantu di rumahnya sendiri. Aaaaaa tidak masuk diakal. Mati aku! Bagaimana jika dia tahu bahwa aku menipunya sekarang?

Tapi tempo hari aku tidak tahu jika itu dia! Apa aku batalkan saja kesepakatan ini segera?
Aaa tidak mungkin, nona akan membunuh karierku dengan hanya membalikkan telapak tangannya saja. Tuhan bantu hambamu ini!

"Hei Nan! Kau mendengarku atau tidak sih?"
Ujar Nona tersebut.

"I...iya Nona!"
Jawab Nan gelagapan.

"Buatlah pendekatan dengannya secara alami, okay?! Aku tidak ingin ada kesalahan sedikit pun!"

"Baik Nona. Saya akan bekerja keras!"

"Bagus! Buatlah dirimu berguna sesuai dengan hargamu!"

Nan hanya bisa tertunduk lemah setelah mendengar kalimat yang menurutnya mengusik telinganya.

Nona tersebut meninggalkan Nan dengan raut wajah sombongnya. Nan hanya berjalan melamun sambil menatap langkah kakinya.

Gedubrakkk. Suara tabrakan nyaring terdengar.

Ruang Temuku Denganmu Di Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang