CA | 1

27 3 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Allah tidak akan menempatkan kamu pada situasi yang tak mampu kamu atasi

***

Happy reading

Malam menjelma dengan dinginnya yang menusuk kulit. Disini tempat ternyaman bagi Nauren, kamar. Betul, Nauren berada di kamar setelah perdebatan dengan Papanya tadi.

"Kenapa Papa gak bisa ngertiin aku sih, sekarang aku harus gimana." monolog Nauren. Sebenarnya, Nauren belum bisa sepenuhnya menerima perjodohan yang akan di lakukan oleh orang tuanya.

"Kalau Nathan datang gimana? Aku harus pilih siapa." Nauren mengacak rambutnya yang tergerai secara kasar. Semuanya terlalu rumit untuk di mengerti. Kesal? jelas, tapi perlawanan pun rasanya takkan dimenangkan olehnya. Setiap keputusan yang telah di ambil Naufal, tak pernah ada yang bisa mengganggu gugat, hanya beberapa kali,
itupun karena bujukan yang tiada henti. Sekarang, Nauren harus apa. Pasrah adalah pilihan terakhir yang bisa dilakukannya.

"Mending aku ketemu Aurel. Aku harus cerita ini semua ke seseorang. Dan, cuman Aurel yang aku percaya."

_

Pagi telah tiba. Dikarenakan Nauren yang akan pergi bertemu dengan Aurel, ia sudah beberes rumah dahulu dari pada kena ocehan Mamanya.

Setelah selesai beberes di lanjutkan dengan sarapan bersama. Karena Nauren yang baru lulus kuliah, jadi belum ada kegiatan lain yang menjadi rutinitasnya. Hanya mempersiapkan untuk lamaran kerja ataupun menyusun rencana untuk kedepannya, itupun malah mau di jodohkan oleh orang tuanya. Sebenarnya tanpa Nauren bekerja ataupun memikirkan hal kedepan, hidupnya jelas sudah terjamin karena harta orang tuanya. Tapi Nauren sadar, itu semua milik orang tuanya, bukan miliknya. Itulah mengapa Nauren masih memikirkan karir kedepannya.

"Tumben pagi-pagi udah rapi semua, biasanya nunggu siangan baru bersih bersih." sindir Adiva, memang bukan kebiasaan Nauren beberes pada pagi hari. Meskipun memiliki pembantu, bukan berarti semua pekerjaan rumah di kerjakan oleh pembantu, Adiva membiasakan Nauren untuk tetap melakukan pekerjaan rumah agar terbiasa setelah berkeluarga nanti.

"Awas aja, kalau mau pergi ketemu laki-laki." ancam Adiva memasang wajah galak.

"Benar itu Nauren?" tanya Naufal dengan tatapan sedikit mengintimidasi.

"Enggak kok Pa, Mama ngaco deh." elak Nauren, sedang tidak mood malah di tuduh yang tidak-tidak.

"Ya udah, lanjut makan aja." final Naufal

"Em, aku mau izin keluar sebentar. Boleh kan Ma, Pa?" ucap Nauren pelan, bagaimanapun ia harus tetap meminta izin pada orang tuanya.

"Emang Nauren mau pergi kemana, tadi bilangnya gak mau pergi?" tanya Adiva.

"Ada urusan bentar sama Aurel, Ma. Boleh kan?"

"Ya sudah. Tapi jangan sampai sore pulangnya, apalagi kelayapan gak jelas." jawab Naufal dengan nada serius.

"Makasih Pa, cuman pergi sebentar kok." Setidaknya Nauren bisa bernafas lega karena di izinkan untuk pergi bertemu Aurel.

_

Nauren telah tiba di cafe tempat ia akan bertemu dengan Aurel. Namun Nauren belum melihat keberadaan Aurel, ia memutuskan untuk duduk seraya menunggu Aurel tiba.

"Nauren!" teriak Aurel dari kejauhan, seluruh atensi pengunjung pun langsung menatap sang pemilik suara.

"Aurel jangan teriak, ini bukan di rumah.  Kesini cepetan!" Nauren yang sedikit malu langsung meminta agar Aurel segera menghampirinya.

Cinta AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang