CA | 22

9 2 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

***

Happy reading

"Bukannya gak suka Thar, tapi aku memang li-"

"CUKUP NAUREN!"

Plakk!

Sebuah tamparan mendarat sempurna di pipi kanan Nauren. Pedih dan perih, Nauren langsung menyentuh pipi kanannya. Untuk pertama kalinya Athar bermain tangan dengan Nauren.

"ATHAR!"

Naufal dan Adiva langsung mendekat ke arah Athar dan Nauren berada. Adiva langsung mendekap Nauren erat.

Bugh!

Bogeman mentah di layangkan Ibrahim kepada Athar.

"Berani kamu main kasar sama Nauren! Saya ngerawat dan ngebesarin Nauren sampai sekarang, gak pernah sekalipun bersikap kasar ataupun main tangan sama Nauren. Sedangkan kamu, dengan beraninya kamu nampar Nauren! Ngerasa hebat? Jangan bertindak di luar batas!" hardik Naufal, emosinya benar-benar memucak sekarang.

"Saya bisa jelasin Pa-"

"Ayo, kita pergi Ren." Naufal menatap iba ke arah Nauren. Putri nya disakiti oleh seorang laki-laki di depan matanya sendiri.

"Jangan bawa Nauren, Pa." lirih Athar.

"DIAM KAMU!" Naufal langsung menggandeng tangan Nauren dan membawanya ke mobil. Nauren ingin menolak, tapi lidahnya terasa kelu. Sikap dan perbuatan Athar tadi sangat membuatnya terkejut dan kecewa.

"ARGHH, bodoh Athar!" Athar memukul tembok kasar.

"Bibi!"

"Kenapa, Den?" Bi Isah berjalan tergesa menuju tempat Athar. Sebenarnya ia jelas mendengar keributan yang barusan terjadi. Tapi ia langsung pergi begitu Nauren dibawa oleh Naufal.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" Bi Isah hanya diam, ia ragu dan bingung ingin menjawab apa.

"Sebaiknya, tanya langsung ke Pak Ibrahim Den. Bibi permisi."

"Arghh" Athar langsung menyambar kunci mobil kasar. Namun baru akan berjalan, ia menghentikan langkahnya. Saat ini ia masih emosi, mungkin lebih baik menenangkan diri dan sholat dulu. Athar berbalik dan naik menuju kamarnya.

Setelah selesai sholat, Athar bergegas menyambar jaket serta kunci mobil. Athar melajukan mobil dengan kecepatan sedang, bagaimanapun keselamatannya juga penting. Meskipun sekarang fikirannya sedang kacau, Athar berusaha tenang dan berfikir positif. Bibirnya tak henti menyebut asma Allah, berharap Tuhan memberikan kemudahan atau setidaknya ketenangan untuknya. Empat puluh menit berpacu di jalanan, Athar telah tiba di kediaman Wiratama. Ia akui, tubuhnya sangat lelah saat ini, namun semuanya harus di selesaikan sekarang. Athar tidak ingin semuanya berlarut dengan ketidak jelasan.

Tok tok tok!

Ceklek!

Tak mendapat jawaban, Athar langsung membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Sementara Nazia dan Fiona yang asik menonton di kejutkan dengan kehadiran Athar yang tiba-tiba.

"Loh, Thar. Kok tiba-tiba datang gak ngabarin?" ucap Nazia beranjak dari duduk dan mendekati putranya.

"Kak Nauren, mana?" tanya Fiona melihat sekeliling namun nihil tak ada Nauren disana. Mendengar nama Nauren, emosi yang tadi sempat reda kini naik kembali. Athar jadi teringat akan perilaku tidak menyenangkan yang ia berikan kepada Nauren.

Cinta AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang