CA | 12

10 3 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Manusia membuat kita sakit, namun Allah mengajarkan kita untuk bangkit.

***

Happy reading


Mentari telah menampakan sinarnya.
Usai sholat subuh, Nauren langsung bergegas untuk memasak sarapan untuknya juga Athar. Setelah berkutat di dapur hampir satu jam, beberapa makanan telah di hidangkan. Mereka langsung menyantap tanpa ada perbincangan.

"Ren, kamu nanti ikut ke kantor ya." Nauren mengernyit bingung. Untuk apa Athar mengajaknya ke kantor. Menyuruhnya untuk kerja? atau apa.

"Ngapain?"

"Saya mau ngenalin kamu ke semua orang di kantor."

"Enggak deh." tolak Nauren. Bertemu banyak orang, apalagi karyawan di kantor Athar tidak menarik untuk Nauren.

"Ayolah, Ren. Sebentar aja, kalau udah kamu bisa langsung pulang."

"Kan kemarin udah pada datang juga kan, waktu resepsi. Jadi pasti udah pada tau." balas Nauren. Meskipun Athar membujuknya, tidak! tetap menjadi jawaban Nauren.

"Kamu gak bisa ya, Ren. Di perintah sekali aja gak usah nolak." Athar berujar dengan nada pelan namun terdengar berbeda di telinga Nauren. Nauren merasa bersalah. Apakah Ia seburuk itu. Diminta hal kecil secara baik-baik, tapi malah dibalas demikian. Apakah Nauren keterlaluan.

"Saya pergi dulu, assalamu'alaikum." Athar meletakan alat makannya dan beranjak berdiri meninggalkan meja makan. Nauren hanya terdiam, masih pagi tapi ia sudah membuat Athar badmood.

"Tunggu." kata itu lolos begitu saja dari bibir Nauren.

"Kenapa?" tanya Athar menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Nauren.

"Aku mau."

"Apa?" Athar bertanya seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

"Iya, aku mau ikut. Tapi aku ganti baju dulu." Athar langsung tersenyum tipis mendengar jawaban Nauren. Akhirnya Nauren sedikit lega. Mungkin juga bukan suatu hal buruk jika hanya ikut ke kantor Athar.

"Aku tunggu di depan."

"Gak papa nungguin aku?" Athar melihat jam ditangan nya.

"Masih ada waktu dua puluh menit." Nauren mengangguk dan berlari pelan ke arah kamar. Athar terkekeh pelan melihat tingkah Nauren.

Setelah lima belas menit menunggu, Nauren keluar dengan menutup pintu.

"Lama ya?" Athar tidak menjawab ia malah sibuk memperhatikan Nauren.
Bagaimana tidak, Nauren terlihat cantik dengan abaya hitam dan pasmina abu menutup dada serta sedikit polesan bedak dan lipcream di bibirnya.

"Khem." Nauren berdehem pelan, dan berhasil menyadarkan Athar yang sibuk memperhatikan nya

"U-udah, ayo berangkat."

"Iya." Athar membuka pintu mobil untuk Nauren dan berlari pelan ke arah kemudi.

Setelah mobil berjalan, tidak ada perbincangan yang tercipta. Nauren sibuk memperhatikan jalanan, juga Athar yang fokus menyetir.

"ini gapapa gak pake cadar?" Nauren bertanya pelan dan memecah keheningan yang sempat terjadi beberapa menit lalu.

"Ya gak papa, saya kan gak maksa kamu kalau kamu belum siap." jawab Athar masih fokus menatap jalanan.

Cinta AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang