بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Derajat seorang mukmin itu tergantung tingkat kesabaran nya.
***
Happy reading
Di lain tempat. Athar baru tiba di kantornya, dan berjalan masuk ke ruangan miliknya. Baru saja akan duduk, namun perhatiannya teralihkan oleh suara handphonenya yang berdering.
Drt Drt!
"Nauren." Athar membaca nama penelfon. Tidak biasanya Nauren menelfonnya apalagi di saat sedang bekerja. Daripada bertanya-tanya, Athar langsung menggeser tombol hijau.
"Kenapa Ren?" tanya Athar dengan pandangan yang mengarah ke beberapa map di mejanya.
"Hai Athar." Bukan suara Nauren melainkan suara seorang laki-laki, Athar langsung melihat layar handphonenya.
"Kamu! di mana Nauren?" bentak Athar emosi melihat Nathan lah yang berada di seberang panggilan video call.
"Nauren? ada kok" Nathan menggeser handphonenya dan terlihatlah Nauren yang diikat di sebuah kursi.
"Athar, tolong!" Nauren langsung berteriak begitu tau ada Athar dalam sambungan telfon itu.
"Nauren, kamu kenapa bisa sama dia? Lepasin Nauren!"
"Kalau kamu mau istri kamu ini bebas, datang ke lokasi yang saya kirim." Belum sempat Athar bertanya lagi namun Nathan langsung mematikan sambungan videocall sepihak.
"Saya belum selesai bi-"
"Arghh!"
Brakk
Athar menggebrak meja keras. Pikirannya saat ini tertuju pada Nauren. Kenapa Nauren bisa bersama Nathan, dilihat dari Nauren yang diikat seperti itu menjelaskan bahwa Nathan lah yang membawa Nauren. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh Nathan.
Ceklek!
"Athar ayo kita berangkat, sebentar lagi meeting di mulai." seru Rafa di ambang pintu
"Meeting di tunda dulu. Gue sekarang harus pergi, Nauren di sekap."
"Disekap. Kok bisa? sama siapa?"
"Nanti gue ceritain, gue berangkat dulu."
"Gue ikut."
"Gue rasa gue bisa sendiri, lo urus kantor aja."
"Tapi Thar-" Belum selesai berujar, Athar sudah pergi dengan tergesa-gesa.
__________
BRAK!
Athar langsung menendang pintu kasar, Athar datang ke lokasi yang Nathan kirim. Sebuah rumah yang terlihat kumuh dan lebih cocok di sebut gudang. Yakin Nauren berada di dalam, Athar langsung menendang pintu itu.
Tak lama, Nathan pun keluar dari dalam."Mana Nauren!" pekik Athar, melihat Nathan yang keluar seorang diri tanpa adanya Nauren.
"Santai, sabar dulu. Nauren aman di dalam."
"Lepasin Nauren sekarang!"
"Lo mau Nauren?"
"Kamu jangan macam-macam, saya gak ada masalah dengan kamu." geram Athar, emosinya langsung memuncak. Bukannya menyerahkan Nauren, Nathan malah memancing- mancing Athar yang sebenarnya tidak memiliki kesabaran disaat situasi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abadi
General FictionNyatanya, tidak semua yang kita anggap buruk, juga buruk di mata Allah. Itulah Takdir. Sebuah ketetapan tuhan, tanpa campur tangan dan bantahan. Layaknya takdir Athar dan Nauren. Di pertemukan tanpa perasaan, dan berakhir keabadian, hingga maut...