بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
***
To be continuedTiga hari kemudian.
Setelah menyiapkan barang dan perlengkapan yang sekiranya penting. Athar, Nauren, Ken dan Adiva telah siap dengan koper di tangan masing-masing. Setibanya di bandara, mereka langsung menukarkan tiket serta meletakan koper di Kabin.
"Yuk, naik. Udah mau take off." ajak Ken yang berjalan menuju pesawat di ikuti Athar, Nauren dan Adiva.
Athar dan Nauren duduk bersebelahan, sementara Adiva dan Ken berada di belakang kursi Nauren."Ren, jangan melamun terus. Kita pergi jauh-jauh masa sampai sana kamu malah asik melamun." tegur Athar menatap Nauren lekat.
"Maaf."
"Yaudah. Dinikmati aja perjalanannya." Nauren hanya mengangguk pelan.
"Ngantuk gak?"
"Enggak."
Setelah itu tidak ada perbincangan. Seberapa usaha Nauren untuk tersenyum dan ceria. Tapi Athar tau dan menyadari itu semua hanya sebatas kesedihan yang ditutupi. Memang bukan hal yang mudah untuk bisa menerimanya dengan ikhlas. Athar bisa memaklumi itu, selagi belum berlebihan.
Beberapa jam menempuh perjalanan. Mereka telah tiba di bandara sekitar pukul tiga sore. Setelah turun dan mengambil koper, mereka memesan taksi untuk istirahat di hotel. Rencananya besok baru mereka akan mulai berjalan-jalan ke beberapa tempat wisata di sana.
Setibanya di depan hotel, Adiva dan Ken langsung pamit untuk istirahat.
"Mama duluan ya, mau istirahat." pamit Adiva dengan wajah lelahnya.
"Iya, Ma." balas Nauren. Ken dan Adiva langsung membawa koper mereka ke kamar yang telah di chek in, begitupun Athar dan Nauren.
Ceklek!
Begitu pintu terbuka, Nauren memandang takjub kamar hotelnya. Interior mewah serta terdapat jendela kaca besar yang bisa langsung melihat pemandangan di luar.
"Suka?"
"Kamu sengaja, pesen kamar yang ini?"
"Iya, kebetulan masih kosong." jawab Athar sambil meletakan koper di atas kasur.
"Biar aku aja" cegah Nauren saat Athar membuka koper dan akan mengeluarkan pakaian serta beberapa perlengkapan lain. Athar langsung menggeser tubuhnya dan membiarkan Nauren yang membereskannya.
"Perlu di bantu?"
"Gak perlu, udah mau selesai kok."
Athar hanya mengangguk pelan, ia melirik jam yang ada di tangannya."Masih jam segini, gimana kalau kita ke beberapa tempat yang dekat dari sini?" usul Athar, menanyakan pendapat Nauren.
"Di mana?"
"Ke pantai gimana, sekalian liat sunset." Mata Nauren langsung berbinar.
"Mauu." seru Nauren langsung bersemangat. Athar tertawa pelan melihat reaksi Nauren yang menurutnya lucu. Mereka berjalan beriringan keluar dari kamar hotel lalu berhenti di kamar milik Adiva.
Tok tok tok!
Ceklek!
"Kenapa, Ren?" Adiva yang membuka pintu langsung bertanya saat tau yang mengetuk pintu adalah Nauren.
"Kita mau ke pantai, Mama mau ikut?"
"Pantai? enggak deh, Ren. Besok aja, kalian pergi berdua aja." tolak Adiva. Sebenarnya ia sengaja agar Athar dan Nauren hanya pergi berdua, tanpa ada dirinya yang nanti akan membuat mereka tidak leluasa karena keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abadi
General FictionNyatanya, tidak semua yang kita anggap buruk, juga buruk di mata Allah. Itulah Takdir. Sebuah ketetapan tuhan, tanpa campur tangan dan bantahan. Layaknya takdir Athar dan Nauren. Di pertemukan tanpa perasaan, dan berakhir keabadian, hingga maut...