Chapter 1

905 39 0
                                    




"Terima kasih sudah hadir di hidupku, terima kasih sudah mengajari aku mencintai dengan begitu dalam, terima kasih sudah menyentuh hatiku yang gelap dan jahat sehingga bisa merasakan indahnya mencintai seseorang, dan yang terpenting terima kasih sudah mau mencintaiku."

[Kim Seokjin]


Jisoo menarik nafas dalam sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat mewah dan berkuasa seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya. Sambil menenangkan debar jantungnya dibukanya pintu itu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Jisoo tersenyum kecut.

Seperti akan mendapatkan hukum mati saja, desisnya dalam hati.

Ketika masuk Jisoo menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana dalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari disainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan di ruangan ini. Temperaturnya dibuat senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menyenangkan. Semua ada di ruangan ini sungguh menyenangkan. Ups! Salah, semua menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingin yang duduk tegak dibalik meja dengan keangkuhan yang mencerminkan seolah-olah dirinyalah pusat dunia.

Lalu tatapannya itu, sangat mengerikan. Mata hitam itu menatapnya dengan kadar kebencian yang begitu kental.

Jisoo membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi lelaki itu hanya diam menatapnya, mempertahankan keheningan di antara mereka. Jisoo mengangkat dagunya dan melempar tatapan. "Well, aku sudah disini, sekarang apalagi?" kepada lelaki itu.

Si mata hitam itu mengerutkan alisnya gusar melihat tingkah berani Jisoo, mulutnya menipis.

"Kudengar kau menyebabkan kekacauan proyek ini."

Akhirnya. Jisoo menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka laki-laki itu.

"Saya hanya mencoba menyelamatkan keadaan." Sebenarnya Jisoo tidak mau kedengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan laki-laki itu mau tak mau mengeluarkan sisi defensif dari dirinya.

"Menyelamatkan keadaan katamu?" lelaki itu tampak begitu murka mendapat jawaban Jisoo. "Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang untuk menyelamatkan keadaan?"

Jisoo membalas tatapan garang itu dengan tatapan tak kalah garang. "Orang yang anda bilang klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah-tengah pameran tersebut, apakah menurut anda, saya, sebagai supervisor hanya boleh diam saja dan tidak membelanya?"

Tatapan mata meremehkan dari mata itu benar-benar membuat Jisoo sebal.

"Kau bekerja disini sebagai supervisor dan supervisor bertugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukan mengusirnya." Jawab lelaki itu tenang.

"Jadi menurut anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata?"

"Moralitas selamanya tidak akan mendapatkan keuntungan dalam hal apapun." Pria itu mengangkat bahu dengan bosan.

Cukup sudah! Jisoo menarik napas dalam-dalam.

"Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang anda akan mendapatkan surat pengunduran diri dari saya."

Sejenak suasana menjadi begitu hening, dan kalau pun pria itu kaget dengan hasil keputusan Jisoo, dia berhasil menyembunyikannya dengan baik karena ekspresinya tidak dapat ditebak, dia hanya memandang Jisoo dengan ekspresi menilai.

Suasana terasa semakin hening, dan Jisoo menunggu. Ketegangan terasa bagaikan senar yang ditarik kencang, siap untuk putus.

Lalu, sebuah senyuman muncul di sudut bibir lelaki itu, walaupun begitu, sinar matanya tampak begitu kejam.

A Romantic Story About Kim Jisoo (Jinsoo) CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang