"Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur."Kata-kata Seokjin yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.
Lelaki itu sudah melepaskan kemejanya, dan membuka ikat pinggangnya lalu meletakkannya di ujung ranjang. Matanya begitu dingin, ekspresi wajahnya tenang, terlalu tenang, hingga membuat Jisoo gemetar cemas.
"Kau...Harus...Mendengarkan." Jisoo masih mencoba, meskipun melihat ekspresi wajah Seokjin, ia tahu ia tidak akan berhasil.
Seokjin terlalu marah, dia terlalu dibutakan oleh kemurkaannya.
"Lepaskan kemejamu Jisoo." gumam Seokjin datar.
"Seokjin..." wajah Jisoo langsung pucat pasi mendengar perintah yang diucapkan tanpa ekspresi.
"Lepaskan."
Nada suara Seokjin begitu menakutkan. Mungkin Jisoo akan lebih berani menghadapi jika Seokjin berteriak-teriak marah dan membentaknya. Tetapi lelaki ini begitu tenang hingga menakutkan.
Dengan gemetar Jisoo melepas kancing demi kancing kemejanya. Menatap Seokjin dengan wajah memohon, tetapi lelaki itu tidak terpengaruh.
Setelah seluruh kancing kemeja Jisoo terlepas, dia berdiri sambil menggenggam kemejanya yang terbuka dengan kedua tangannya erat-erat, berlutut di ranjang itu, memohon belas kasihan kepada lelaki yang berdiri di tepi ranjang dan tampak kejam.
"Aku bilang lepaskan kemejamu, Jisoo." suara Seokjin tetap lembut dan terkendali, tapi entah kenapa Jisoo makin gemetar mendengarnya, dengan susah payah dia melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke kasur, menatap Seokjin tanpa daya.
"Sekarang celananya." sambung Seokjin setelah mengamati tubuh Jisoo tanpa malu-malu, membuat seluruh wajah dan tubuh Jisoo merah padam.
"Tidak...!" Jisoo berusaha membantah, dia tidak mau dilecehkan seperti ini.
"Aku bilang celananya!" suara Seokjin sedikit naik, tetapi tetap tenang. Matanya menatap tajam tak terbantahkan, hingga mau tak mau Jisoo bergerak melepaskan celananya, air mata mulai mengalir di mata Jisoo.
Hening cukup lama, Seokjin terdiam sambil menatap Jisoo tajam. Dan Jisoo berlutut di ranjang itu dengan tubuh gemetaran.
"Lepas pakaian dalammu."
"Tidak!" dengan was-was Jisoo berseru, tanpa sadar tubuhnya beringsut ke ujung ranjang, ketakutan.
Sikapnya itu malah menyalakan api kemarahan di wajah Seokjin, lelaki itu sudah tidak setenang tadi.
"Kenapa tidak Jisoo? sudah tak terhitung berapa kali aku melihatmu telanjang, dan kau melakukan semuanya dengan sukarela kan? Demi uang tiga ratus juta..." Suara Seokjin terdengar jijik, dia melangkah maju mendekati ranjang dan secara otomatis Jisoo langsung beringsut mundur menjauh. "Aku membeli tubuhmu seharga tiga ratus juta, seharusnya tubuhmu itu bisa kupergunakan semauku, tetapi aku terlalu baik padamu, memberimu kemewahan, tidak menyentuhmu di saat kamu sakit, merawatmu...itu semua terlalu baik untukmu." Mata Seokjin tampak menyala. "Dan kau wanita murahan tak bermoral! bukannya mensyukuri kebaikan hatiku, kau malah merayu sahabatku!"
"Kau salah paham Seokjin." Jisoo mulai menangis terisak.
Tetapi Seokjin tetap mengeraskan hatinya.
"Aku tidak mungkin salah paham dengan apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri."
Dengan gerakan secepat kilat Seokjin meraih kedua lengan Jisoo, sebelum Jisoo sempat menghindar dan menempelkan tubuh Jisoo ke tubuhnya sendiri.
"Kalian berciuman! kau membiarkan dia menciummu! menjijikkan sekali dimataku."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Story About Kim Jisoo (Jinsoo) Complete
Romance"Dalam hidupnya, impian Kim Jisoo hanyalah ingin menjadi wanita yang biasa-biasa saja. Dia ingin menikah dengan Park Jinyong kekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagai lalu seperti akhir kisah klise lainya: bergandeng tangan diusia senja, mel...