Chapter 11

470 28 2
                                    




"Dimana ruangan tempat perawatan ParkJinyoung?" Seokjin berdiri di depan resepsionis. Resepsionis itu mendongak dan ternganga. Terpesona melihat penampilan dan ketampanan Seokjin. "Ruangan perawatan parkJinyoung?" Seokjin mengulang jengkel karena resepsionis itu hanya menatapnya seperti orang bodoh.

"Oh...Untuk Jinyoung...Anda...Anda mungkin harus menemui Suster Jessica dulu, beliau suster kepala penanggung jawabnya."

"Dimana?" gumam Seokjin tak sabar.

"Lantai tiga, ruangan perawat nomor dua."

Tanpa basa-basi Seokjin meninggalkan resepsionis yang masih ternganga itu.

Pintu itu tertutup rapat dan Seokjin mengetukknya.

"Masuk." sebuah suara yang tegas terdengar dari dalam.

Seokjin masuk dan langsung berhadapan dengan Suster Jessica.

Suster Jessica langsung menyadari siapa yang berdiri di hadapannya. Dia tidak mungkin salah mengenali.

Penggambaran Jisoo sangat akurat. Lelaki ini memang benar-benar luar biasa tampan dengan keangkuhan yang sudah seperti satu paket dengan auranya.

"Apakah anda akhirnya berhasil menemukan kebenaran?" gumam Suster Jessica langsung tanpa basa-basi.

Seokjin mengernyit mendengar sapaan pertama Suster Jessica yang sama sekali tidak diduganya. Tapi dia lalu teringat telelepon di tengah malam yang tanpa sengaja dia angkat. Penelepon itu mengatakan dirinya adalah Suster Jessica.

"Ya." Seokjin mengakuinya pelan. "Anda sudah tahu semuanya?"

"Semuanya, dan pertama, sebelum anda menghina Jisoo lagi. Saya akan jelaskan kepada anda, semalam Jisoo datang kepada saya, dengan kondisi mengenaskan. Mental dan fisik yang rapuh, dan dia bilang ingin melepaskan diri dari anda, menurut saya itu wajar mengingat perlakuan anda padanya." Suster Jessica menatap Seokjin dengan pandangan mencela yang terang-terangan hingga wajah Seokjin merona. "Uang yang dia pakai untuk melunasi anda, itu adalah uang pinjaman dari saya dan beberapa staff rumah sakit lain, bukan uang hasil menjual dirinya kepada lelaki lain seperti apa yang anda tuduhkan kepadanya tadi pagi."

Sebuah kebenaran lagi. Lebih keras daripada tamparan di pipi, lidah Seokjin terasa kelu.

"Saya ingin bertemu Jisoo." gumam Seokjin akhirnya.

Suster Jessica mengangkat alisnya. "Untuk apa? Ketika hubungan hutang piutang itu lunas. Tidak ada lagi perlunya kalian bertemu, lagi pula saya tidak yakin Jisoo bersedia menemui anda."

"Tidak ada hubungannya dengan uang! Saya tidak peduli dengan uang!"

Seokjin hampir berteriak, lalu berdehem berusaha meredekan emosinya. "Saya harus bertemu dengan Jisoo, meminta maaf, saya tahu selama ini saya salah..."

"Anda bisa menyampaikan permintaan maaf anda melalui saya." sela Suster Jessica tegas.

Seokjin mengernyit. "Saya mohon...Saya harus bertemu dengan Jisoo, saya butuh bertemu dengan Jisoo."

Suster Jessica mengamati lelaki yang berdiri di hadapannya. Lelaki ini terlalu tampan, terlalu kaya sehingga wajar dia tampak begitu arogan. Tapi sekarang Seokjin tampak begitu menderita, dan dia rela memohon agar bisa bertemu Jisoo. Suster Jessica menarik napas, ketika sebuah kesimpulan muncul di benaknya.

Lelaki ini sedang jatuh cinta.

Bagaimana mungkin dia menolak permintaan Seokjin? Kalau saja Seokjin hanya lelaki sombong yang menginginkan bayaran setimpal atas apa yang diberikannya kepada Jisoo, Suster Jessica akan mengusirnya tanpa ragu. Tapi Seokjin yang ada di depannya ini tampak begitu kesakitan menanggung rasa bersalah, tampak remuk redam di dera perasaannya sendiri. Lelaki ini sama menderitanya dengan Jisoo. Bagaimana mungkin Suster Jessica tega mengusirnya?

A Romantic Story About Kim Jisoo (Jinsoo) CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang