Chapter 3

676 32 2
                                    




Jisoo melirik Seokjin agak ketakutan ketika lelaki itu membelokkan mobilnya ke area hotel berbintang lima. Lelaki itu sama sekali tak mengajaknya bicara. Dia menyetir mobil dengan tenang tetapi rahangnya menegang seperti menahan marah. Apakah lelaki itu akan berbuat kasar padanya untuk melampiaskan kemarahannya?

Tadi siang dia sudah menghina lelaki itu dan dia tahu bahwa ego seorang lelaki sangat mudah terluka. Dia ketakutan kalau Seokjin akan melampiaskan kemarahannya dengan kasar, dia tidak pernah disentuh lelaki sebelumnya selain ciuman dan pelaukan dari Jinyoung yang tidak pernah melebihi batas.

Apakah dia harus memberi tahu Seokjin kalau dia masih perawan? Lelaki itu dari awal sudah beranggapan dia murahan, bagaimana jika...

Jisoo terlonjak ketika pintu terbuka, ternyata Seokjin sudah keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang, Lelaki itu mengernyit ketika melihat wajah Jisoo yang pucat pasi.

"Ayo." gumamnya kaku, dan meraih tangan Jisoo untuk membantunya keluar dari mobil.

Setelah Seokjin menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas hotel untuk diparkir, mereka berjalan bersisian memasuki lobby hotel yang sangat mewah.

Resepsionis hotel menerima mereka dengan ramah dan memberikan kartu kamar yang dipilih Seokjin.

Bahkan di dalam liftpun mereka lewati dengan keheningan.

Kamar itu begitu luas dan sangat mewah sehingga Jisoo terpaku sambil terkagum-kagum akan keindahan interiornya.

Seokjin hanya berdiri di sana menatapnya.

"Kau pasti belum makan, aku akan memesan makan malam di kamar." lalu lelaki itu melirik Jisoo dengan sinis, "Sementara itu, kupersilahkan kau mandi duluan, badanmu basah, kau bisa mandi dengan air hangat."

"Ta-tapi, saya tidak membawa baju."

Seokjin sengaja menatap Jisoo dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan begitu intens sehingga wajah Jisoo merah padam.

"Aku akan memesan pakaian di butik kenalanku, besok pagi pesanan akan diantarkan kemari. Bajumu yang basah letakkan di tempat yang disediakan di kamar mandi, petugas hotel akan mengambilnya untuk di laundry, sementara itu..."

Seokjin sengaja menggantung kalimatnya dengan penuh arti. "Malam ini kau tak perlu repot-repot memikirkan baju, toh kau tak akan sempat mengenakannya."

Kalau wajah Jisoo bisa lebih merah padam lagi, itu akan menunjukkan betapa malunya dia dengan kata-kata vulgar Seokjin. Setelah menggumamkan beberapa kalimat tak jelas dengan gugup, Jisoo setengah berlari menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Jisoo merasa sedikit aman, disandarkannya punggungnya ke pintu dan dicobanya menarik napas dengan normal. Dia takut pada Seokjin, lelaki itu seperti seekor serigala yang menemukan rusa lemah, lalu memutuskan untuk bermain-main dengannya dulu sebelum memakannya.

Jisoo melangkah telanjang ke kamar mandi lalu menyiram tubuhnya yang letih dan kedinginan karena kehujanan dengan shower air panas. Setelah selesai mencuci rambutnya, Jisoo menyandarkan kepalanya di tembok dan membiarkan punggungnya yang pegal tersiram shower air hangat. Dia takut menghadapi masa depan dan ketika membayangkan Jinyoung, air matanya menetes, mengalir bersama siraman shower.

Maafkan aku Jinyoung, mungkin setelah ini aku tak pantas untukmu, tapi hatiku tetap milikmu.

Ketika selesai membasuh muka dan menggosok gigi, Jisoo memandang bayangan dirinya di cermin, keadaannya sudah lebih baik pipinya sudah tidak pucat lagi, sudah ada rona merah disana setelah mandi air hangat.

Ketukan di pintu hampir membuat tubuh Jisoo melonjak.

"Kau lama sekali, apa kau baik-baik saja disana?" tanya Seokjin tak sabar.

A Romantic Story About Kim Jisoo (Jinsoo) CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang