Lima

12 0 0
                                    

     Amara menyesap wine-nya sambil mendengarkan lelaki di depannya yang sedang berbicara. "Saya dengar kamu bertemu dengan Jay siang tadi, Ra?" tanya Eldrick.

     Amara menganggukkan kepalanya, "Ada pekerjaan yang harus diselesaikan."

     Eldrick menatap Amara dengan pandangan—siapapun yang melihatnya juga tahu—penuh cinta dan kagum. Eldrick tidak pernah menutupi perasaannya kepada Amara. Ia tahu semua orang pasti akan tergila-gila dengan sosok di depannya ini.

     Amara malam ini hanya mengenakan dress berwarna putih yang sangat classy dan casual yang membalut tubuh perempuan itu dengan pas. Amara pun tahu bahwa Eldrick adalah salah satu dari banyaknya lelaki tampan di dunia ini dan Amara tidak melupakan fakta itu.

     "You know what? Everyone seeing you and have a simp for you. No wonder how everyone's head over heels of you," kata Eldrick. Eldrick tahu perempuan di depannya ini adalah perempuan yang mempunyai prinsip yang tinggi, independent, and girl boss. Dan Eldrick yakin semua orang akan mengagumi perempuan ini. And don't forget how friendly she is.

     Amara hanya terkekeh lalu mengusap sudut bibirnya menggunakan tisu yang selalu tersedia di tasnya. Entah berapa banyak pujian yang harus ia terima hari ini—jujur, Amara sangat lelah. "And you know how I am, El. If you want to talk about 'how good being relationship with you and how works with us'—deep down, I don't want to talk about that kind of thing, again."

     Eldrick tertawa kecil, "Amara's being an Amara. You never changed after the last we met." Eldrick meminum wine-nya lalu tersenyum lebar.

     "Tjanuarta did something wrong? I guess, he confessed his feelings for you—well, me too. How many men have you rejected, Ra?" tanya Eldrick kembali sambil memasukan potongan daging ke dalam mulutnya.

     Amara mengangkat bahunya acuh, "No count it," jawab Amara seraya memotong kuenya.

     "Kamu serius tidak tertarik untuk menjalin sebuah hubungan?"

     Amara menggelengkan kepalanya lalu menunduk memotong-motong kuenya. "Gue nggak perlu jelasin lagi kan?" tanya Amara yang kini mengangkat kepalanya menatap Eldrick sambil memasukan potongan kuenya ke dalam mulutnya—sangat seduktif.

     "Gosh, stop doing that," kata Eldrick sembari menggeram frustasi.

     Amara yang sudah tahu bagaimana cara mengendalikan suasana dan lelaki di depannya ini langsung tersenyum—senyuman menggoda yang terlihat dari sudut pandang Eldrick.

      "Melakukan apa? Aku hanya diam saja."

     Amara kembali meminum wine-nya dan kembali memasukan kue tiramisu ke dalam mulutnya dengan garpu yang ia keluarkan secara perlahan. "Tiramisu tidak pernah mengecewakan. They taste sweet and perfect. Do you want to try it? And you know my lips free and the taste of tiramisu makes more perfect." She seduced him.

      "Good combine."

     Eldrick menatap Amara dengan tajam—tatapan berbahaya ketika salah satu sisi yang harusnya tidak keluar meronta ingin keluar ketika bersama Amara—selalu seperti itu. Eldick mengakui bahwa Amara adalah hal paling berbahaya yang pernah dikenalnya. She's dangerous woman.

     "Amara..." kata Eldrick dengan pelan dan mengintimidasi.

     Amara yang melihat tingkah laku Eldrick semakin menyunggingkan senyumnya. Amara menyeringai lalu meminum wine sebelum menjawab panggilan lelaki itu. "Yes, love?"

     "I have a good game, Sir. Do you want to join?"

     Amara semakin menyeringai lalu mengeluarkan botol kecil—botol yang membuat Eldrick semakin menatapnya tajam. Botol yang berisi cairan gin di dalamnya. "A simple game. Dare or drink! Diam kamu, aku anggap 'iya' untuk mengikuti permainan ini."

Le Monde est à NousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang