3. SEKELUMIT TENTANGNYA

14 3 3
                                    


-0o0-
Happy reading!
@hetisandjaya on instagram

Ia berbalik melihat kearah kecelakaan tadi, tampak mobil polisi dan ambulance yang datang bersamaan dengan sirine kencang. Cewek itu melangkah menuju mobil miliknya yang lumayan jauh dari tempat dia berada saat ini.

"Ngapain lo disini?" tanyanya setelah melihat seseorang berdiri dekat mobilnya dengan melipat tangan di dada.

"Lo waras? pake nanya segala."

Asa hanya memasang wajah datar, Wili memang seperti itu dari dulu.

Drrrt...drttt...drttt

Handphone cowok itu berbunyi, menandakan panggilan. "Halo"

"Yovan kecelakaan, sekarang udah di charitase hospital." mendengar kabar itu Wili langsung mematikan panggilannnya secara sepihak. Ia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membuka aplikasi WhatsApp.

RID3RZ🏁 (1.000 new chats)

Shit man! BEGO LO YOVANN!

Tanpa pikir panjang, ia langsung naik ke motornya tanpa peduli siapapun lagi. Dengan deruman panjang motor itu Wili pergi secepat kilat meninggalkan Asa yang sedikit keheranan. Apalagi melihat raut wajah marah dan tidak baik-baik saja dari Wili.

Tapi menurut Asa itu adalah urusannya, dia tidak mau ikut campur tentang itu. Asa membuka room chatnya dengan Wili.

Today

Sillia
take care wil

Sesegera mungkin dia menyimpan benda pipih itu dan langsung masuk untuk mengendarai mobilnya menuju rumah.

***

Charitase hospital

Sesampainya dirumah sakit ia langsung berlari kedalam, deru nafasnya tak beraturan lagi, matanya merah, dan tangannya mengepal sempurna.

Bod*h lo yovann! gimana kalo lo mati? bod*h!!

Hal-hal buruk tentang Yovan terus saja berkeliaran dipikirannya. Dada cowok itu tampak naik turun menahan emosi yang meledak-ledak. Dari jauh terlihat Gerald yang sedang menundukkan kepalanya.

***

Mobil Asa terparkir di halaman rumah yang sangat luas, cewek itu bergegas turun dan masuk kedalam rumah yang sangat mewah.

"Ma?" panggilnya pelan setelah melihat mamanya tertidur di sofa berwarna lilac itu

Amerta-mama Asa, terusik, lalu sedang berusaha mengumpulkan nyawa. "Loh nak? kamu baru sampai? sendirian?"

"Iya ma, tadi ada Wili juga, tapi tiba-tiba pergi." Asa menggedikkan bahu tanda tak tahu, lalu meletakkan handphone di meja begitu saja

"Gini nak, mama mau bilang sama kamu. Kalau 2 minggu ini mama akan ada dinas luar di Sumbar. Kamu gapapa kan dirumah sendiri dulu? kalo kamu butuh apa-apa chat aja mama ya sayang." jelas sang mama sembari mengelus rambut putri semata wayangnya itu.

"Kamu bebas ajak siapa aja temen kamu kalo mau nginep dirumah, asal jangan temen cowo yang nginep mama ga masalah. Atau nanti mama telfon Wili untuk jagain kamu selama mama pergi."

Asa sedari tadi hanya mendengarkan, dan kali ini ia mengangguk paham. "Gaperlu telfon Wili ma. Udah kan? Aku ke kamar ya."

Ia sudah badmood menceritakan kecelakaan tadi.

Sakit banget ma rasanya, tapi gue gaboleh nangis! gue gaboleh lemah!

Hal ini adalah sesuatu yang biasa untuknya. Sendiri. Lagi dan lagi. Tak perlu di permasalahkan juga. Ia sudah menebak dari awal hal ini akan terjadi lagi. Di tinggalkan.

Saat ini memang mulutnya tertutup sangat rapat, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari sana. Tapi, hatinya menangis tragis. Ia ingin merasakan keluarga harmonis, merasakan lengkapnya keluarga, bukan sebatangkara. Jika saja ada orang yang bisa mengertinya, bahkan tanpa mengatakan apapun. Mungkin dia berfikir akan mengajak orang itu menikah sekarang juga.

Asa hanya bisa berbicara dalam hati, lalu menggoreskannya dengan tinta hitam itu

Diary's Asa (hl.30)
Kalo menurut lo gue jahat, ok
Gue sadar gue emg sejahat itu, se-egois itu dulu. Tapi itu dulu, ga untuk skrg
Gue sadar ternyata orang-orang yang gue sayang ga bakal selamanya ada, ga bakal selamanya nemenin gue, ga bakal nemenin gue terus-terusan, dan dari sana gue sadar bahwa ga ada yang abadi. Bahwa kata kata "Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya." tu bener
-Asa

***

Kaki jenjang dengan black boot itu melangkah menciptakan derapan dalam kesunyian. Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, selendang hitam terpasang menutupi rambut sebahu miliknya. Tak lupa dress vintage dominan abu itu ia kenakan, menambah pesona keanggunannya.

Ia menghentikan langkahnya, "Permisi."

Asa berjongkok lalu mengusap nisan yang usang itu dengan tangannya, sedetik kemudian ia meletakkan buket bunga yang sangat cantik disana. Memandangi makamnya, hening.

Sepi dan sunyi. Hanya ada hembusan angin yang menerpa kulit wajahnya.


"Gue cuma mau kasih itu."

To be continue. . .

Makin hari makin banyak teka-teki, gpp karena ini bakalan TBC, ga kaya kisah kamu sm dia yang HTS an mulu tanpa kejelasan haha

TEKAN TOMBOL BINTANG YA 😉

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang