09

21 3 0
                                    

Happy Reading

~•~

~•~

~•~


Mimpi indahku terganggu karena tetesan air yang menerpa wajahku, bukankah aku sedang di rumah? Mungkin gentengnya bocor.

Aku mencoba membuka mataku sebisa mungkin, karena kemarin aku tidur sekitar jam dua pagi, sangat bagus bukan? Padahal seharusnya aku bangun sekitar jam 4, Haha.

Tidak terdengar suara hujan maupun gerimis, tapi air tetap menetes, aku mengucek mataku dan melihat sekeliling.

Tepat sekali, Brian tengah membawa segelas air yang kemudian di percikan ke wajahku.

“ABRIAN REGANNN!!”

Brian menyadari bahwa aku sudah bangun kini berlari secepat mungkin untuk berlindung, dia tahu pasti aku akan marah besar padanya.

Untung saja masih pagi dan aku baru bangun, jadi nyawaku belum sepenuhnya terkumpul.

Brian bersembunyi di balik mama.
“kenapa sih? Pagi pagi sudah teriak teriak.”

“Brian itu! Ganggu orang tidur!” jawabku sambil menunjuk wajah tanpa dosa Brian di belakang mama.

“heh, sudah sudah, lagian kamu nggak bangun bangun, katanya mau UTS.”

Kata-kata mama membuatku mematung, kemudian aku segera melihat tanggalan di ruang tamu, benar saja! Hari ini sudah mulai ujian Tengah semester genap.

Bagaimana aku bisa se lupa ini? Padahal aku sudah menyiapkan semuanya dari jauh-jauh hari. Mulai dari materi hingga catatan dan rangkuman.

Aku tidak perlu belajar begitu keras hingga tengah malam, aku tahu akan mendapat juara 2 lagi, sekeras apapun aku belajar aku akan tetap berada di peringkat kedua.

Siapa yang pertama? Tentu saja Zena.

Lagipula belajar terlalu keras akan menyakiti fisik dan mentalku sendiri nantinya.

Bukannya aku putus asa, hanya saja... Entahlah mungkin aku memang kehilangan semangat untuk mendapatkan juara satu lagi.

«««•••»»»

Untungnya aku tidak telat untuk UTS hari pertama. Meskipun baru UTS tapi bagiku ini juga tidak kalah pentingnya dari ujian kenaikan kelas. Kenapa? Karena disini akan ada peringkat.

“HALLLOOO BESTIEEE!”

Seseorang memekik memasuki ruang ujian dan memelukku dari belakang.

Sudah tidak diragukan lagi, Haura Zena.

“apaan coba? Ini ruang ujian, bukan ruang rawat ODGJ!”

Zena menatapku sinis, kemudian duduk di kursi sebelahku.

Aku dan Zena selalu berada di ruang yang berbeda ketika ujian, karena nomor absen kita cukup jauh.

Biasanya setiap kelas akan dibagi menjadi 3 bagian, aku berada di bagian pertama dan Zena berada di bagian ke dua.

“jadiii ayo belajar!”

Zena segera membuka bukunya dan mulai membaca, begitupun aku.

Entah kenapa dari tadi Zena terus berbicara, meskipun hanya sepenggal maupun duapenggal kata. Aku rasa itu cukup mengganggu fokusku untuk belajar.

Memangnya Zena tidak terganggu dengan suaranya sendiri?

Karena sejak SMP Zena seperti itu, saat ia mengajakku belajar bersama pasti ia akan terus mengoceh dan mengajakku berbicara. Terkadang jika aku mengabaikannya, Zena akan langsung melenggang keluar rumah ujianku untuk kembali ke ruangannya.

Antara Pelangi dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang