03. Pendekatan

118 8 3
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya vote duluuu hehehe 😙💗

HAPPY READING ALL 💗
________________________________

  Siang ini terdapat gadis yang sedang sibuk mengantarkan pesanan pada para pelanggan. Siapa lagi kalau bukan Bulan. Karena ini jam makan siang, tentu banyak anak kantoran yang berkunjung ke cafe tempat dia bekerja untuk mengisi perut kosong.

tringg ~ tringg~

Bulan menoleh lalu mendengus pelan. Bumi, lelaki itu datang tidak lupa dengan senyuman manisnya. Dia mendekati Bulan untuk memesan.

"Dua ice cappucino sama roti panggang isi keju dua makan disini ya, sayangku," ucapnya disertai kedipan sebelah mata.

Bulan tersenyum ramah, mencoba profesional. "Baik, silahkan ditunggu, saya akan segera mengantarkan pesanan anda."

"Gausah formal gitu sama calon sendiri," goda Bumi dengan wajah tengilnya.

"Bum, belakang kamu antri banyak jadi cepetan cari tempat duduk sana," usir Bulan yang mulai jengah. Bumi menurut seraya terkekeh kecil. Menggoda Bulan itu menyenangkan.

Tak lama, pesanan yang ditunggunya pun datang. Tapi melihat siapa yang mengantarkan pesanannya membuat ia mengernyit kesal.

"Selamat menikmati."

"Bulan mana? Kenapa bukan dia yang nganterin?"

Orang yang mengantarkan tadi salah satu sahabat Bulan, jadi dia tentu mengetahui siapa pria di depannya itu. Sosok yang selalu mengejar-ngejar Bulan.

"Emm... itu, dia minta tolong saya karena dia sibuk melayani pelanggan lain."

Bumi berdecak, "kalau udah suruh kesini. Bilang sama Bulan, kalau nggak kesini gue bakal disini terus sampe dia selesai."

"Baik."

Padahal niatnya kesini untuk makan bersama Bulan. Disaat tengah menggerutu, Bulan menghampirinya dengan langkah yang terdengar terpaksa.

"Kenapa sih?"

Bumi makin cemberut mendengar suara Bulan yang jutek. "Ayo makan bareng, bulannn."

Bulan membuang nafas kasar. Jelas jelas cafe saat ini sedang rame dan dirinya pun sibuk melayani pelanggan lain.

"Makan sendiri ya? Kamu nggak lihat ini lagi rame? Aku sibuk, Bum," jelas Bulan dengan sabar.

"Kan karyawannya banyak, bukan kamu doang. Aku udah pesen makanannya dua sama minumannya dua loh. Daripada mubazir hayoo." Bumi terus membujuk dengan wajah memelasnya.

"Lagian sekalian pendekatan sesuai kata orang tua kita. Lagipula kenapa harus kerja sih? Sekarang kamu udah jadi tanggung jawab aku, jadi aku yang tanggung kehidupan kamu. Nafkahin kamu, bahagiain kamu. Kamu tinggal leyeh-leyeh aja di rumah," jelas Bumi panjang lebar.

Bulan akhirnya duduk didepan Bumi dan menyeruput ice cappucino miliknya. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu menatap Bumi.

"Bum. Kamu tau nggak cita cita aku?" Bumi menggeleng.

"Dulu aku pernah hidup susah. Dari kecil aku tau gimana susahnya cari uang. Sejak dulu aku selalu diremehkan sama temen-temen ku karena aku miskin. Aku dijauhi, aku dianggep seolah-olah aku gaada. Sejak itu aku punya ambisi."

"Ambisi untuk sukses. Aku pengen kaya, aku pengen banyak uang. Karena dengan uang semuanya aman. Aku terobsesi untuk kaya. Aku bahkan rela nggak kuliah karena besarnya obsesi aku untuk kerja dan cari duit. Aku kerja mati-matian dan sampailah aku di titik ini. Bertahun-tahun aku kerja jadi barista dan itu ngebuat aku terbiasa dan nyaman, perjuangan aku disini nggak gampang, Bum."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COUPLE BUMBUL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang