Pertama

5.2K 273 15
                                    

Gema Anadya saat itu masih berumur lima tahun ketika merasakan bagaimana ayahnya memukul kakinya dengan sapu. Gema kecil tidak paham mengapa ayahnya memukulnya, padahal sebelumnya dirinya tengah bermain bersama kembarannya Sastra dan waktu bermain mereka terhenti ketika melihat Sastra yang terlihat seperti kehabisan nafas.

"AYAH SUDAH BILANG BUKAN?! JANGAN BERANI KAMU MENDEKATI SASTRA! INI SEMUA GARA-GARA KAMU!" Adian meneriaki Gema kecil yang terisak kecil akibat menahan sakit karena ayahnya memukulnya dengan sapu.

"M..ma..maaf ayah.."

"Jika besok saya melihat kamu bermain lagi bersama anak saya, saya tidak akan segan untuk memukulmu lebih dari ini."

Pukulan itu terhenti setelah Adian berkata seperti itu dan berjalan menuju ke arah kamar dimana Sastra berada. Sedangkan Gema masih betah untuk berdiri di sana tanpa mengubah posisi meski kini punggungnya sudah bergetar karena menangis. wajahnya sudah sangat sembab dan juga memerah. Tidak ada yang berniat untuk menghampirinya dan menenangkannya meski dirinya tahu sedari tadi ada yang terus memperhatikannya.

Sejak hari itu Gema tidak pernah kembali bermain bersama Sastra-kembarannya- Gema kecil hanya akan melihat dari jauh bagaimana tawa keluarganya yang terlihat sangat indah dimatanya pada saat itu. Sejak hari itu Gema tidak pernah berani untuk berdiri atau menghampiri kedua orang tuanya jika tidak dipanggil, dirinya bahkan tidak berani harus bertatap mata dengan kedua orang tuanya.

"Gema lapar, tapi tidak berani ke bawah.." Katanya parau, kini kedua tangan kecilnya masih terus mengelus perut kecilnya yang sedari kemarin malam belum diisi. dirinya hanya meminum air putih saja sejak kemarin. namun malam ini dirinya merasa sangat lapar, Kaki kecil itu mulai memberanikan untuk berjalan ke arah ruang makan, kini waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam dan keadaan rumah mewah itu sudah sangat sepi. Gema melangkahkan kedua kakinya dengan perlahan menuju ruang makan sambil berharap ada sedikit makanan sisa untuk dirinya makan.

Gema tersenyum ketika melihat di atas meja di samping kompor ada sisa nasi dan juga ayam, mungkin Sastra atau bang Kelan-kakak pertamanya- tidak menghabiskan makanannya. Tangan kecil itu berusaha untuk mengambil sisa makanan itu dan tersenyum ketika berhasil mendapatkan makanan yang menjadi incarannya. Dirinya membawa sisa makanan itu ke area halaman belakang rumahnya dekat dengan gudang. tanpa rasa takut dirinya memakan makanan itu di sana dalam keadaan gelap.

"Enak.."

Tanpa Gema sadari sedari tadi ada Bunga-Ibu Gema- yang memperhatikan tingkah anaknya itu dalam diam, niatnya tadi dirinya ingin mengambil segelas air karena merasa haus dan langkahknya harus berhenti ketika melihat anak bungsunya tengah menghabiskan makanan sisa bekas tadi mereka makan malam.

"Sudah kenyang.." Gema berniat untuk membuang bekas makannya agar tidak berantakan namun dirinya hampir saja terjatuh ketika melihat keberadaan ibunya yang kini berada tidak jauh berada di hadapannya.

"I..bu?"

Bunga menatap anaknya dengan pandangan yang tidak dapat diartikan.

"I..Ibu maaf t..tadi..G..Gema lapar. I..I..ini makanan sisa kok bu, G..gema ti..tidak mengambil mak..makanan." Gema berkata sambil menundukan kepalanya tanpa berani menatap ke wajah dimana Bunga berada, dapat Bunga lihat jika tubuh kecil itu bergetar ketakutan.

"Kamu sudah tahu bukan peraturan yang saya berikan?"

Gema kecil mengangguk. "Ta..tahu bu.."

"Malam ini saya biarkan kamu untuk memakan makanan sisa itu, jika saya melihat kamu memakan makanan yang keluarga saya beli saya tidak akan segan untuk menghukum kamu. ngerti kamu?"

"I...iya bu, ma..maaf.."

Setelah dirasa ibunya tidak berada di hadapannya lagi, Gema terduduk di tempatnya tadi berdiri. "Ibu aku harus kerja ya? biar bisa dapat uang dan membeli makanan?

Little Star [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang