Kelima

1.7K 179 27
                                    


Siang ini saat jam istirahat pertama Gema sudah berada di rooftop untuk menunggu Sastra, dirinya tidak ingin membuat Sastra menunggu, lebih baik dirinya yang menunggu kedatangan kembarannya dari pada kembarannya yang harus menunggunya. Tidak lama setelah itu pintu rooftop terbuka dan terlihat Sastra yang datang menghampiri Gema dengan sebuah paper bag di tangannya.

"Aku pikir kamu tidak akan datang, aku takut kamu tidak datang." Kata Gema, terlihat sekali jika kini Gema sangat gugup berhadapan dengan Sastra.

"Aku tidak akan mengingkari janji." Sastra duduk di salah satu kursi yang tidak terpakai dan  mengeluarkan kotak makannya yang sebelumnya sudah disediakan oleh ibu.

Gema yang melihat itu tersenyum sedih. namun tanpa menunggu lama, dirinya pun ikut duduk dihadapan Sastra.

"Maaf ya, aku menganggu waktu istirahatmu. jika kamu lapar, kamu bisa makan dulu saja, nanti kita berbicaranya. tapi tenang saja aku akan tunggu kamu disini, tapi jika kamu tidak nyaman aku tunggu dibelakang sana saja ya." Gema yang akan beranjak dari duduknya tertahan karena tangannya yang ditahan oleh Sastra.

"Mau kemana?"

"I..itu, kamu kan mau makan dulu. aku tidak ingin menganggu, jadi lebih baik aku pergi menunggu di sana."

"Tidak makan?"

"Oh? tidak aku tidak membawa bekal."

"Bukan maksudku, kamu tidak ke kantin dulu?"

Gema menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, aku tidak pernah ke kantin."

"Kenapa?"

"Ya? a..ak..aku tidak punya uang."

Sastra diam mematung mendengar jawaban yang keluar dari mulut kembarannya. dirinya sendiri bahkan tidak menyangka, apa benar jika anak laki-laki yang berada di hadapannya ini adalah kembarannya? Kedua mata Sastra memperhatikan penampilan Gema dari atas kepala sampai ujung kaki. sungguh sangat berbeda dengan Gema yang terakhir dia lihat di rumah, meski selama ini dirinya satu sekolah dengan Gema ini baru pertama kalinya dirinya melihat Gema dari dekat seperti ini.

Sungguh penampilan Gema membuat hati Sastra sakit. tubuh kembarannya itu sangat kurus, baju seragam yang sudah lusuh lalu sepatu yang terlihat sudah sangat tidak layak pakai. bahkan Sastra dapat melihat jika terdapat banyak sekali jaihtan di celana seragam adiknya.

"Gem.."

"Ya? kenapa? kamu ingin aku pergi dulu? sebentar, tapi bisa kamu lepasin tangan aku? kamu laparkan? aku pergi dulu kalo gitu."

"Kita makan bersama."

Gema terdiam ketika mendengar perkataan Sastra. "Ya?"

"Ini aku membawa bekal. kita makan bersama, kamu suka ikan kan? ini ibu masakin aku salmon sama ada kentang goreng kesukaan kamu."

Kedua mata Gema berkaca-kaca. dirinya sangat ingin menangis. "Makasih.."

"Jangan nangis. ini kita makan bersama ya? apa perlu kita jadwalkan untuk makan bersama?"

Gema menatap kembarannya dengan senyum yang terpatri di bibir tipisnya. "Boleh? Kamu tidak keberatan sama sekali?"

Sastra menggeleng. "Tentu saja tidak, besok aku minta ibu untuk masakin makanan buat kamu pasti ibu mau masak makanan buat kam-.."

"Jangan, kalo kamu mau bawa bekal untuk aku jangan bilang ini untuk aku ya? tapi kalo enggak aku bawa bekal dari rumah ya?"

"Kenapa?"

"Ibu enggak mau makanannya dimakan sama aku, katanya nanti rugi. jadi lebih baik nanti aku bawa bekalku sendiri ya?"

Sastra terdiam ketika mendengar perkataan kembarannya, dirinya tidak menyangka ternyata selama ini kembarannya selalu mendapatkan kata-kata yang tidak seharusnya didengar, bahkan rasa benci kedua orang tuanya tidak dapat ia pahami sama sekali.

Little Star [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang