Ketujuh

1.8K 180 11
                                    


Waktu terus berjalan dan sekarang Gema dan Sastra sudah menginjak umur tujuh belas tahun yang artinya Gema dan Sastra sudah berada di kelas dua sekolah menengah atas. Selama itu Gema terus berusaha untuk bertahan meski tidak jarang dirinya merasa ingin menyerah. Namun Gema masih memiliki beberapa keinginan yang mungkin saja dapat terkabul, karena keinginannya tidaklah sulit dan mungkin termasuk hal mudah tapi sulit untuk Gema.

Malam ini Gema baru saja pulang dari tempat kerjanya dan bertemu dengan ayahnya di sebuah restoran yang memang kebetulan Gema ingin mengambil donat titipannya di restoran itu. Gema tidak berani untuk menyapa ayahnya yang kini berdiri di sampingnya. Kedua tangannya bergetar karena menahan emosi yang sangat besar, dirinya sangat ingin memeluk tubuh tegap ayahnya itu.

"Ibu saya ingin mengambil donat yang tadi pagi saya titipkan."

"Oh Gema? ini maaf ya donatnya tidak habis hari ini."

Gema tersenyum. "Iya ibu tidak apa. Terima kasih ya bu."

"Tidak ingin membeli ikan lagi? ibu punya resep baru?"

Gema menggeleng. "Tidak ibu terima kasih, Gema tidak punya uang. mungkin nanti saja ya bu?"

"Tidak ini gratis untuk Gema, ibu berikan kepada Gema."

Gema menggelengkan kepalanya. "Tidak usah ibu, Gema sudah sering merepotkan. Gema duluan ya bu, mungkin besok Gema tidak menitipkan donat dulu ya bu."

"Yasudah jika seperti itu, hati-hati dijalan ya Gema."

"Baik bu, terima kasih."

Setelah Gema keluar dari dalam restoran itu tatapan Adian tidak lepas dari punggung lebar namun terlihat rapuh itu hingga anak laki-laki itu tidak terlihat dari pandangannya. "Dia suka menitipkan donat disini bu?" Tanya Adian kepada pemilik restoran tersebut.

Pemilik restoran bernama bu Sari itu tersenyum sambil mengangguk kepada Adian. "Iya pak, dia anak yang sangat baik dan juga kuat. saya terharu sekaligus bangga kepada Gema pak, dia selalu menitipkan dagangannya disini, dia juga bekerja di restoran mewah yang ada di sebrang sana. saya tidak tahu apakah dia istirahat atau tidak selama ini. saya yang baru mengenalnya selama tiga bulan membuat saya sangat sayang kepada Gema pak. dia anak yang sangat baik."

Adian terdiam. "Ibu tahu dia tinggal dimana?"

"Saya kurang tahu pak, tapi setahu saya dia juga bekerja di supermarket yang ada di dekat perusahaan besar disana. saya pernah sekali melihatnya menangis malam dimana saya pertama kali bertemu dengan Gema."

"Menangis?"

"Betul pak, saya juga tidak tahu apa masalah yang tengah dihadapi oleh Gema, tapi sepertinya sangat berat sekali. dia juga sering sekali tidak makan, saya suka sekali memberikan makanan gratis kepada Gema. tapi Gema selalu menolak jika saya terlalu sering memberikannya makanan gratis."

Adian tidak lagi menjawab perkataan ibu tua itu dan memilih untuk pergi setelah menerima pesanan dan mengucapkan terima kasih kepada pemilik restoran itu. Adian masuk kedalam mobil dan memperhatikan jalanan, dan perhatiannya teralihkan kepada Gema yang tengah memunguti donat yang sepertinya tumpah. Bahkan dapat Adian lihat Gema sesekali mengusap air mata yang keluar dari kedua matanya dan sudah membasahi pipi anak itu. Adian menatap Gema dengan pandangan bersalah dan sendu. melihat anaknya yang berjuan sendiri untuk bertahan hidup, tidak memiliki tempat tinggal yang layak dan juga tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya dirinya berikan kepada Gema.

"Pak tolong berhenti sebentar." Kata Adian kepada supir pribadinya.

Tanpa menunggu lama, Adian turun dari dalam mobil dan berjalan untuk menghampiri Gema. dirinya ikut memunguti satu per satu donat yang sudah kotor tersebut.

Little Star [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang