Chapter 6 Like Father Like Son

2.8K 50 0
                                    

Hai.. double up ya..
Enjoy The Read
Jangan pelit vote ya..
Makasih...

Tiara terlelap nyaman di mobil Bramantyo. Tentu saja wanita itu kelelahan akibat ulah boss mesumnya. Kesempatan itu Tyo manfaatkan untuk membawa pulang wanitanya kerumah orang tuanya. Tyo akan menjebak wanita cantik ini agar tidak berkutik dan segera mau ia nikahi.

Seulas senyum smirk dan kemenangan terbit di bibir pria itu. Tentu saja ulahnya ini akan membuat kedua orang tuanya geleng kepala. Tapi tidak masalah, toh mereka selama ini sudah tahu siapa yang putranya inginkan untuk menjadi istrinya selama ini.

Tyo memasukkan mobilnya hingga di teras rumahnya. Begitu turun pria itu langsung disambut beberapa pelayan pria dan wanita.
“Sudah kamu rapikan kamarku?” tanya Tyo datar. Sejak beberapa hari yang lalu pria itu memang sudah meminta pelayan untuk merapikan kamarnya. Karena pria itu yakin hari ini pasti akan tiba. Saat bidadarinya kembali ke pelukannya.

“Sudah tuan muda..” jawab maid perempuan. Tyo menganggukkan sedikit kepalanya. Pelayan pria membukakan pintu mobil lalu Tyo menggendong tubuh lelap Tiara ala bridal untuk memasuki rumah.
Langkah tyo langsung disambut Bumi dan Mega , orang tuanya.

“Sayang.. tumben ingat pulang kerumah.. dan siapa wanita yang kamu gendong itu nak?” tanya Sang Mama.
“Tiara ma... “ jawab Tyo singkat.
“Ya Tuhan.. calon mantu mama rupanya. Kenapa dia Bram? Sakit?” tanya Mega khawatir. Bumi yang sibuk membaca buku meletakkan bukunya di nakas.
“Kau apakan dia Bram?” suara ketus Sang Papa menyelanya. Bramantyo tak menggubris pertanyaan Papanya. Sang Putra seenaknya melangkah melewati kedua orang tuanya yang terbengong.

“Bram naik dulu pa, ma. Nanti kita bicara lagi.” ujarnya.
“Mau kau bawa kemana Tiara Bram? Taruh dia dikamar tamu!” perintah Bumi.
Bram memutar bola mata malas. Tak mengindahkan perintah Papanya. Pria setengah baya itu mendengus kesal.
“Dasar anak muda! Kamu ngapain bengong disitu sayang. Sini..”
“Pa itu kenapa lengan tiara biru-biru, lehernya juga. Sakit apa pa Tiara?” heran Mega. Bumi yang paham akan keluguan istrinya hanya berdecak.

“Mama ini kayak nggak pernah muda saja. Itu ya ulah anak nakalmu. Sepertinya kita harus segera menyiapkan pesta pernikahan untuk mereka berdua.” Ujar Bumi.
“Eh.. maksudnya apa sih pa? Sejak kapan Bram hobby memukul wanita. Papa ini...” gerutu Mega.

Bumi yang kesal segera menarik tangan istrinya sampai jatuh kepangkuannya. Dengan gerakan cepat pria setengah baya yang masih nampak gagah dan tampan itu mengunci tubuh istrinya lalu menghisap leher sang istri bak drakula menemukan mangsa.

“Ahhh... aaah.. papahhh.. “ Bumi yang gemas sekali pada istrinya yang memang selalu nampak imut dan awet muda itu justru senjata makan tuan. Niatnya hendak memberi tahu istri perbuatan nakal putranya. Justru dia yang kini tak bisa menahan diri saat menikmati leher putih mulus istrinya. Setelah Bibirnya sudah meninggalkan jejak-jejak di leher istrinya. Kini pria setengah baya itu melumat habis bibir istrinya. Sang istri yang sangat menyukai setiap aksi suaminya justru smakin pasrah mengalungkan erat kedua tangannya di leher Bumi.

Bramantyo yang sedang menuruni tangga dengan santai melewati kedua orang tuanya yang tidak tahu sikon itu. Bumi yang melirik putranya lewat dihadapannya segera menurunkan tangannya yang sedang meremas-remas payudara istrinya lalu melepaskan pagutannya juga.

“Mau kemana kamu Bram?” tanya Bumi dengan suara beratnya akibat masih dalam mode on horny.
“Ada urusan sebentar. Bram titip Tiara ya Ma, nanti kalau bangun nyari Bram. Oh ya suruh juga maid mengantar baju ganti dan makan siang. Bram pulang pas makan malam saja. Oh ya Pa, buruan ke kamar, itu burung Papa belum jinak. Bram pergi..” Bramantyo segera berlalu dengan terkekeh.

“Anak sialan!” umpat Bumi. Mega terkekeh geli sekaligus malu.
“Papa sih nggak tahu tempat...”protes mega.
“Mama juga ah paling bisa bikin papa mode on terus. Ayok kita lanjutkan dikamar.” Belum sempat menjawab ajakan suaminya Mega memekik karena tubuhnya sudah melayang dalam gendongan suaminya.

SAATNYA MENIKAHIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang