28.

2.9K 299 21
                                    

..

Musibah kembali di hadiahkan kepada Tiago. Bukannya Vera sampai dengan selamat.

Mereka malah harus mendengar berita bahwa, pesawat yang di tumpangi, lepas kendali dan jatuh ke laut.

Mana mungkin mereka akan selamat. Mereka tidak akan selemat.

Rini meraung histeris. Kenapa Dia terus di beri musibah lagi dan lagi. Terus menerus.

Rini tidak terima. Rini benar-benar tidak terima.

Tiago juga sama hancurnya. Mengapa dari sekian banyaknya musibah, Anaknya lebih dulu meninggalkan mereka, Tiago merasa ini benar-benar tidak adil.

Noe dan Morgan bahkan hanya bisa duduk di kursi yang sama. Di pinggi lautan yang tengah di telusuri petugas untuk mencari mayat dari penumpang.

Rini berlari mendekat ke bibir pantai. Di sana Dia melihat jaket yang mirip dengan yang di kenakan Irma.

Rini makin histeris. Tidak sanggup berdiri. Semua Orang kalut dan takut.

Semua Orang sedih dan terluka.

Andai saja mereka tahu, mungkin mereka akan melarang mereka pergi, atau setidaknya membuat kenangan indah lebih dulu.

Apa salah mereka? Apa salahnya?

Lelehan air mata Noe membuatnya makin kalut. Tiago tak bisa tak berkutik. Dia tak bisa apa-apa.

Kenapa keluargnya. Kenapa tidak dirinya saja?

Morgan memeluk Noe. "I ... I just ... how can? Kenapa Kaka pergi duluan?"

Mata Noe sudah merah bahkan sembab. Morgan paham sekecewa apa Noe. Dia hanya bisa diam sembari menenangkan Adiknya yang terus melamun dengan aliran air mata yang tiada henti.

"Ngga papa ... ngga papa, ikhlasin Kaka."

Noe menggeleng. "I didn't apologize yet."

Morgan merasa nyeri saat tangannya di cengkram Noe yang makin kewalahan akan tangisannya sendiri.

Tapi Morgan membiarkannya. Membiarkan Noe melampiaskan segala kesedihannya padanya. Jika itu yang hanya bisa Ia lakukan.

Noe mengernyit. Dering ponsel milik Rini sungguh sangat berisik di keramaian.

Jadi Noe mengajak Morgan untuk menegur sang Bunda.

Tiago dan Rini yang di dekati pun akhirnya sadar, banyaknya Orang yang mengamati mereka.

"Halo?"

'Halo Bun, Kakak, Grandma sama Grandpa udah sampe ya.'

Rini melirik mereka satu persatu. Ingus Noe yang sudah membanjir itu di lapnya menggunakan kaosnya sendiri.

"Halo, Ini siapa?"

Jantyng mereka berdebar.

'Lah? Liat nomor ponselnya dong Bun, ini kan punya Kakak.'

Clown In Mine. [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang