31.

2.7K 292 27
                                    

..


Dion, tengah mengamati Keponakan? Yang tak memiliki darah Adiknya. Yah meskipun begitu, Dia darah Tiago, dan Tiago iparnya. Jadi itu cukup untuk menjadikannya Paman bagi remaja laki-laki yang tengah berjalan sendiri itu.

Dion cukup penasaran dengan Anak itu. Sebagus apa, hingga Rini membencinya?

Karna Rini tak pernah membenci hal buruk. Dia lebih membenci hal baik.

Tentu saja, adanya hal buruk, akan membuatnya menjadi terlihat baik.

Itu fakta.

Di amatinya lagi, Anak itu, benar-benar sendirian. Seolah tak memiliki teman.

Dion tertawa, "maafkan pamanmu ini ya, hidup malangmu ini akan berakhir ... mungkin kita bisa bertemu di neraka."

Lalu setelah melewati persimpangan di mana tempat sepi yang tak pernah di injak, Dion mulai mengendarai mobilnya dengan cepat menabrak Noe. Membuat Anak itu terlempar dan jatuh dengan darah yang bersimbah di jalanan.

Di hentikannya mobil miliknya. Rokok yang terselip di ujung bibirnya, membuatnya kembali terkekeh. "Anak yang malang."

Tangannya meraih lengan Anak itu, untuk membuangnya kemanapun, supaya tak ada bagian yang terlihat.

Tapi, kenapa ... Anak ini amat familiar baginya?

Tangannya bergetar ketika melihat wajahnya.

Wajahnya pucat, dan mulutnya tak bisa terbuka.

"Sky?!" Dion memekik.

Tidak. Dia sudah yakin bahwa yang di ikutinya itu, Noe. Anak sialan yang membuat Adiknya kesusahan. Bukan Sky, keponakan tersayangnya.

Tidak, kenapa bisa seperti ini.

Tangannya yang gemetar itu Ia bawa untuk meraih ponsel di dalam saku.

"Rin ... Kakak- Kakak salah target."

..

Noe berlarian di lorong Rumah sakit. Mendengar kabar bahwa Skylar kecelakaan membuat Noe panik.

Ayahnya terus menelponya untuk segera datang. Karna Skylar sudah berada di ambang akhirnya.

Kemarin mereka tidur bersama. Menghabiskan waktu dan membuat kenangan indah.

Siapa tahu mereka akan berpisah nantinya.

Tapi mengapa sekarang?

Mengapa kejadian buruk segera tiba bahkan belum ada sehari terlewat. Keringatnya bercucuran.

"Ayah!" Noe berteriak setelah melihat siluet Tiago.

Tiago mengisnyaratkannya untuk segera masuk ke dalam ruangan di mana hanya Skylar sendirian.

Skylar memang seolah sudah tak memiliki hak untuk hidup. Wajah sayunya. Dan pucat.

Bibir yang mengering. Segala hal yang terliaht rapuh. Membuat jalannya makin pelan.

Noe meraih jemari Skylar.

"Kak.."

Tak ada sahutan. Atau Skylar memang sudah tak bisa membuka mulutnya.

"Kenapa bisa begini?"

Skylar memandangnya, matanya seolah menyiratkan banyak arti. Seolah segala hal ingin di tunjukkan padanya.

"Kak?"

Noe mendekatkan kepalanya ke wajah Sky yang sudah lemah. Melinoe. Memberikan kecupan ringan di pipi Skylar- bersama sisa air mata yang sudah hampir habis.

Clown In Mine. [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang